KLHK selamatkan bambu yang hampir punah

Share

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berhasil menyelamatkan sejumlah jenis tanaman bambu yang hampir punah.

“Salah satu jenis bambu yang berhasil kami selamatkan adalah jenis Bambu Tutul atau Bambusa Maculata,” kata peneliti dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Biotektonogi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (BBPP BPTH) Yogyakarta Fithry Ardhany di Sleman, Senin (13/02/2017).

Menurut dia, tanaman bambu jenis tutul di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sudah sulit ditemui dan dapat dikatakan hampir punah.

“Kami hanya menemukan ada satu rumpun kecil di daerah Condong Catur, Depok, Sleman. Satu rumpun itupun terancam hilang karena pemilik lahan membongkarnya karena akan didirikan bangunan,” katanya.

Sebelum rumpun bambu tutul tersebut dirombak, pihaknya telah mengambil beberapa tunas dan batangnya untuk dikembangbiakkan.

“Kami berhasil mengembangbiakkan bambu jenis tutul ini, nantinya bibit-bibit bambu tutul ini akan kami sebarluaskan ke masyarakat yang berminat untuk dikembangkan lagi,” katanya.

Fithry mengatakan bambu jenis tutul banyak dibutuhkan untuk produk-produk kerajinan maupun mebel karena memiliki pola dan warna alami yang menarik, yakni kuning dengan totol-totol cokelat pada batangnya.

“Karena banyak dibutuhkan untuk kerajinan dan mebeler, maka bambu tutul ini banyak ditebang untuk memebuhi kebutuhan industri. Namun mereka lupa untuk mengembangbiakkannya sehingga lambat laun habis dan hampir punah,” katanya.

Ia mengatakan bambu salah satu komoditas yang memiliki prospek cukup menjanjikan bila dikembangkan dalam skala luas.

Manfaat bambu secara ekonomis dan ekologis jika dibandingkan dengan komoditas kayu, bambu mampu memberikan peningkatan pendapatan masyarakat relatif cepat yakni empat hingga lima tahun.

“Manfaat ekonomis lainnya adalah pemasaran produk bambu baik berupa bahan baku pengganti kayu maupun produk jadi sangat terbuka untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun ekspor,” katanya.

Dari sisi ekologis, kata dia, tanaman bambu memiliki kemampuan menjaga keseimbangan lingkungan karena sistem perakarannya dapat mencegah erosi dan mengatur tata air serta dapat tumbuh pada lahan marginal.

“Bagi Kabupaten Sleman, bambu dapat diibaratkan emas hijau yang menjadi komoditas andalan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Pada 2012 di Sleman terdapat 1.759 unit usaha yang mengelola kerajinan bambu yang terkonsentrasi di Kecamatan Mlati, Moyudan, Minggir, dan Godean. Jumlah tersebut menyerap tenaga kerja 3.497 orang dengan nilai investasi sebesar Rp10 miliar lebih dengan nilai produksi Rp13 miliar lebih,” katanya.

Sumber : antaranews.com