Tatapan Sepasang Mata yang Menggetarkan Hati di Suaka Margasatwa Pulau Bawean
Share

Pulau Bawean, sebuah gugusan hijau yang terdampar anggun di Laut Jawa, selama ini dikenal sebagai rumah terakhir bagi salah satu spesies paling langka dan pemalu di Indonesia, Rusa Bawean (Axis kuhlii). Satwa ini lebih sering hadir dalam bentuk jejak samar atau bayangan yang cepat lenyap. Namun pada sebuah pagi yang sunyi di Blok Kumalasa, alam memutuskan untuk membuka sedikit tabir rahasianya.
Langkah-langkah tim SMART Patrol dari Seksi KSDA Wilayah III Surabaya bersama MMP Bawean Lestari menyusuri 40 grid patroli dalam keheningan penuh kesadaran. Dengan mata tajam dan telinga awas, mereka membaca bahasa hutan, rontokan daun, patahan ranting, dan aroma tanah yang basah oleh embun. Dan di tengah perjalanan yang biasa, sesuatu yang luar biasa terjadi.
Di antara sela pepohonan yang berkanopi rapat, seekor Rusa Bawean jantan berdiri tegak. Matanya gelap dan dalam, penuh kehati-hatian, namun tidak segera melarikan diri. Tanduknya ramping dan simetris, berdiri gagah seperti mahkota sunyi dari rimba Bawean. Dalam keheningan yang nyaris sakral, manusia dan alam saling memandang, saling menyapa tanpa suara.
Detik-detik itu terasa membentang panjang. Tidak ada kamera yang buru-buru diangkat, tidak ada langkah yang dilanjutkan. Hanya perasaan terpana akan betapa alam, yang selama ini dijaga dengan kerja keras, dengan langkah-langkah sunyi para penjaga telah memberikan sebuah penghargaan kecil namun tak ternilai yaitu kepercayaan.
Dan seperti datangnya yang perlahan, rusa itu pun akhirnya menghilang, meninggalkan celah semak, membawa serta degup jantung yang sempat terhenti oleh keindahan murni. Namun jejak emosinya tinggal. Ia menempel di dada, di pikiran, dan mungkin akan menjadi cerita yang akan terus diceritakan, dari satu penjaga hutan ke yang lain.
Dalam patroli yang berlangsung dari tanggal 19 hingga 25 Juni 2025, berbagai data penting dikumpulkan: dari elang ular Bawean yang membelah langit, hingga jejak babi kutil dan koloni kelelawar. Dari kupu-kupu endemik yang menari di cahaya pagi, hingga anggrek liar seperti Vanda sp. dan Nervilia aragoana yang tumbuh di bawah teduh tajuk.
Tak ada aktivitas ilegal ditemukan. Tak ada jerat, tak ada perambahan, tak ada suara asing yang memekakkan. Hanya suara hutan, dan bisikan alam yang terus berdetak. Fitur budaya dan alami juga terdokumentasikan, termasuk keberadaan sungai kecil dan Makam Raden Putri Ayu Dewi Sekar Dadu yang terjaga baik, seolah alam dan sejarah di Bawean telah saling bersetia selama ratusan tahun.
Bawean tidak sekadar menjadi kawasan konservasi. Ia adalah tempat di mana keajaiban kecil masih mungkin terjadi. Di mana seekor rusa, yang mewakili harapan, ketakutan, dan kelangsungan hidup spesies langka, muncul, menatap, dan meninggalkan pesan yang hanya bisa dipahami oleh mereka yang benar-benar mau mendengar.
Di tengah dunia yang penuh gangguan dan kebisingan, Bawean mengajarkan kita satu hal penting bahwa dalam kesunyian yang dijaga dengan sepenuh hati, alam masih bersedia menyambut manusia, bukan dengan amarah, tapi dengan tatapan teduh seekor rusa bawean yang percaya. (dna)
Sumber: Bidang KSDA Wilayah 2 Gresik – Balai Besar KSDA Jawa Timur