Workshop Penggunaan Kamera Trap BEKI

Share

Bertempat di ruang rapat Kantor Balai Besar KSDA Jawa Timur, Jalan Bandara Juanda Sidoarjo, kegiatan workshop penggunaan kamera trap dilaksanakan, 18/07/2016. Pemberi materi workshop kali adalah tim dari BEKI (Bawean Endemik Konservasi Inisiatif).

BEKI merupakan singkatan dari Bawean Endemik Konservasi Inisiatif yang dalam Bahasa Inggris: Bawean Endemics Conservation Initiative. Fokus dari proyek ini adalah Babi Kutil Bawean, tetapi juga mendukung upaya penyelamatan semua satwa liar dan alam di Bawean, yaitu sebuah pulau yang terletak sejauh 150 km dari pesisir Jawa Timur. Proyek ini diinisiasi oleh seorang mahasiswa, Mark Rademaker, pada tahun 2013 dan telah dikembangkan oleh Mark dan Johanna menjadi proyek konservasi multidisiplin yang diluncurkan bulan November 2014.

Pada sesi pertama, Mark Rademaker banyak menjelaskan mengenai kegiatan BEKI di Pulau Bawean dalam rangka konservasi Babi Kutil Bawean (Sus verrucosus ssp. blouchi). Sebenarnya ada 4 jenis Babi Kutil, yakni Babi Kutil Filipina, Babi Kutil Sulawesi, Babi Kutil Jawa dan Babi Kutil Bawean. Setiap jenis tersebut memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda.

Dalam kegiatan konservasi Babi Kutil Bawean, BEKI tidak terlepas dengan penggunaan kamera trap. Karena dengan kamera trap data yang diambil banyak serta dapat mengetahui sex ratio yang ada. Dengan kamera trap juga dapat diketahui waktu aktifitas dari Babi Kutil yang tertinggi, yakni saat pagi dan sore hari.

Pemasangan kamera trap juga harus dipasang secara random atau acak, ini untuk menghindari penghitungan ganda pada individu yang sama. Lokasi pemasangan kamera dobagi dalam 3 lokasi, yakni lokasi yang diperkirakan banyak dijumpai Babi Kutil, kemudian juga lokasi yang diperkirakan sedikit dijumpai Babi Kutil, serta lokasi yang tidak ada Babi Kutil.

Mark juga menjelaskan mengenai konflik antara satwa liar dengan masyarakat pemilik sawah dan kebun yang berada di sekitar kawasan hutan. Meski tidak besar, namun konflik dengan Babi Kutil tetaplah ada. Menurutnya, sebaiknya ada zona penyangga atau buffer zone antara kawasan hutan konservasi dengan kebun atau sawah. Buffer zone tersebut hendaknya ditanami dengan jenis tanaman the atau cabai yang tidak disukai oleh Babi Kutil. Meski begitu konflik tersebut juga ikut menekan populasi Babi Kutil agar tidak terlalu besar, karena di Bawean tidak ada predator alam bagi Babi Kutil.

Sebelum mengakhiri sesi-nya, Mark juga memberitahukan bahwa Babi Kutil Baweran dalam IUCN Red List masuk dalam kategori endangered atau terancam, atau dapat didefinisikan sebagai spesies yang berada dalam risiko kepunahan karena jumlahnya sedikit, maupun terancam punah akibat perubahan kondisi alam atau hewan pemangsa.

Penggunaan Kamera Trap
Pada sesi kedua, Shafia Zahra yang juga aktif dalam kegiatan BEKI, membagikan pengalamannya mengenai kamera trap itu sendiri. Shafia menjelaskan mengenai berbagai jenis dari kamera trap yang ada, juga bagian-bagian dari kamera trap yang perlu diketahui sebelum menggunakannya.

Selain itu Shafia juga menjelaskan metode yang dipergunakan kamera trap, hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan kamera trap, serta worksheet dalam penggunaan kamera trap.

Tak lupa di akhir sesi peserta workshop yang terdiri atas staf Bidang Teknis, staf perwakilan dari Bidang KSDA Wilayah I – III dan siswa-siswa praktek dari SMK Kehutanan Kadipaten, melakukan praktek penggunaan kamera trap di sekitar kantor Balai Besar KSDA Jawa Timur. (Agus Irwanto)