Pusat Rehabilitasi Lutung Jawa – The Aspinall Foundation Indonesia Program (JLC-TAFIP) menggelar Pelatihan Identifikasi dan Penanganan Lutung Jawa bagi petugas Balai Besar KSDA Jawa Timur, di Javan Langur Center, Coban Talun, Batu, 25 Januari 2024. Kegiatan ini dihadiri oleh para petugas dari Wildlife Rescue Unit (WRU) – BBKSDA Jatim, petugas di wilayah kerja Seksi KSDA Wilayah VI, dan Tahura R. Soerjo.Tujuannya untuk membekali patugas BBKSDA Jatim dengan pengetahuan dan ketrampilan dalam menangani Lutung Jawa khususnya yang masih anak.
Pelatihan ini merupakan bentuk kerjasama Program Konservasi Primata Jawa Timur di Indonesia antara BBKSDA Jatim dengan JLC-TAFIP, dalam rangka mendukung upaya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam peningkatan kapasitas sumber daya manusia di bidang konservasi.
Mewakili Kepala Balai, dalam pembukaan kegiatan, Hari Purnomo menyatakan bahwa dalam menjalankan tupoksinya, pihak BBKSDA Jatim tidak bisa bekerja dengan sendiri, dan harus bisa melibatkan stakeholder yang ada.
“Dengan program penyelamatan satwa liar atau MATAWALI, semua stakeholder harus terlibat dalam penanganan satwa liar, termasuk pelatihan seperti ini. Ini sangat penting bagi kami dalam menangani primata hasil sitaan maupun penyerahan, sehingga kedepannya menjadi dapat lebih baik,” ujar Hari.
Beberapa materi pelatihan yang diberikan seperti bio-ekologi Lutung Jawa yang disampaikan oleh Jessica Viade Agustin dari JLC-TAFIP. Materi ini mencakup morfologi Lutung Jawa beserta sebarannya, serta perbedaan antara lutung di Jawa bagian barat dan bagian timur serta perilaku makannya.
Ada yang menarik perilaku makan lutung yang pernah teramati, yakni Geofagi. Menurut Iwan Kurniawan, Manajer JLC – TAFIP, Geofagi merupakan perilaku lutung yang memakan tanah dalam rangka memenuhi kebutuhan mineral esensial.
“Namun, kegiatan Geofagi bukan kegiatan harian lutung, selama sebulan bisa jadi hanya 2-3 kali saja dan itu bukan tanah pada bagian top soil,” tambah Iwan.
Selanjutnya, Iwan Kurniawan menerangkan materi tentang tehnik penanganan Lutung Jawa, serta penanganan bayi dan anak Lutung Jawa. Harapannya, petugas saat menerima lutung hasil penyerahan dapat bertindak lebih tepat sebelum satwa sampai ke JLC untuk penanganan lebih lanjut. Terutama pada lutung yang masih bayi atau anak.
“Karena bayi dan anak lutung itu sangat mudah stress, dan dapat berujung ke kematian. Salah satu penyebab kematian pada bayi lutung yang paling sering adalah kembung dan pneumonia,” terangnya.
Sedangkan materi terakhir yakni tehnik penanganan Lutung Jawa baik berupa teknik menangkap (restraint) dan memegang (handling). Tujuannya untuk menjaga keselamatan petugas saat menangani satwanya dengan tetap menjaga kenyamanan satwa itu sendiri. (Agus Irwanto)