Di sebuah sudut Perumahan Kaliurang Green Garden, Jember, seekor monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang telah dipelihara selama satu dekade menjadi pusat perhatian. Awalnya, kehadiran primata ini tak menimbulkan kekhawatiran, hingga sebuah insiden kecil memicu kesadaran baru: satwa liar tetaplah liar.
Hingga pada, Selasa, 11 Maret 2025, seorang anak kecil yang tengah menemani ibunya ke warung mengalami kejadian tak terduga. Saat mendekati kandang monyet di depan rumah, yang juga berfungsi sebagai bengkel motor tiba-tiba tangan kecil satwa itu menjulur keluar, meraih rambut anak tersebut dalam gerakan refleks yang mencerminkan naluri alaminya. Untungnya, tidak ada luka serius. Namun, kejadian ini menyoroti bahaya tersembunyi dari praktik pemeliharaan satwa liar di lingkungan permukiman.
Tim Matawali Resort KSDA Wilayah 14 Jember segera merespons laporan ini. Setelah melakukan pendekatan persuasif dan penyadartahuan dengan dukungan Babinkamtibmas Polsek Sumbersari, pemilik monyet akhirnya dengan kesadaran penuh menyerahkan satwa tersebut kepada pihak berwenang. Sejak kecil, monyet ini terbiasa diberi makanan manusia, bubur bayi setiap malam dan nasi di siang hari, sebuah kebiasaan yang membuatnya semakin bergantung pada manusia.
Namun, pelepasliaran bukanlah perkara sederhana. Sepuluh tahun hidup dalam kandang membuat monyet ini kehilangan kemampuan bertahan di alam liar. Rehabilitasi menjadi langkah mutlak sebelum ia bisa kembali ke habitat aslinya. Kini, pihak BBKSDA Jatim tengah menjajaki kemungkinan rehabilitasi di pusat penyelamatan satwa, guna memulihkan insting alaminya sebelum dilepas kembali ke alam bebas.
Kasus ini bukan hanya tentang satu monyet ekor panjang, tetapi gambaran lebih luas tentang dampak domestikasi satwa liar yang tak jarang berujung pada interaksi negatif dengan manusia. Edukasi dan kesadaran menjadi kunci utama dalam menjaga keseimbangan antara manusia dan satwa liar agar kisah seperti ini tidak lagi terulang di masa depan. (dna)
Sumber : Bidang KSDA Wilayah III Jember