Di balik tembok-tembok Pondok Pesantren Al Khair, semangat konservasi tumbuh. Generasi muda pesantren kini siap menjadi garda terdepan dalam menjaga satwa liar Indonesia
Suasana berbeda terasa di Pondok Pesantren Al Khair, Jenangan, Ponorogo, pada 22–23 Februari 2025 yang lalu. Di tempat yang biasanya dipenuhi lantunan ayat-ayat suci, kini terdengar diskusi hangat seputar penyelamatan satwa liar dan pelestarian alam.
Pendidikan dan Pelatihan Kader Jaga Satwa Indonesia (JSI), hasil kerja sama antara Perkumpulan Jaga Satwa Indonesia dan Bidang KSDA Wilayah I Balai Besar KSDA Jawa Timur (BBKSDA Jatim), menghadirkan pendekatan baru dalam upaya konservasi: menyentuh hati para santri.
Selama dua hari, para peserta yang sebagian besar merupakan santri, diperkenalkan pada pentingnya peran manusia dalam menjaga keseimbangan alam. Materi yang disampaikan mencakup tugas pokok dan fungsi BBKSDA Jatim, pengenalan kawasan konservasi terdekat, peraturan terkait tumbuhan dan satwa liar (TSL), serta pengetahuan tentang satwa yang dilindungi di sekitar mereka.
Namun, pelatihan ini bukan sekadar ceramah. Metode interaktif membuat peserta aktif bertanya dan berdiskusi, menggali lebih dalam persoalan konflik satwa dan bagaimana menanganinya. Semangat terlihat saat para santri mencoba memahami teknik penanganan satwa secara langsung.
Kegiatan tersebut dilakukan untuk membentuk kader konservasi yang bukan hanya tahu, tetapi juga peduli dan terampil dalam kegiatan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Kedepan, diharapkan, para santri tidak hanya sekedar menjadi relawan, tetapi juga teladan bagi masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Kegiatan ini menunjukkan bahwa konservasi bukan hanya urusan para ahli atau pemerintah. Dengan menyasar komunitas pesantren, ada harapan baru: generasi muda yang berakar pada nilai-nilai keagamaan dapat menjadi penjaga alam yang setia. Di tangan mereka, suara alam mungkin akan lebih didengar. (dna)
Sumber: Bidang KSDA Wilayah I Madiun