Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengklaim sebanyak 1.041 titik api telah berhasil dipadamkan dalam 21 hari operasi bencana kabut asap sebagai dampak kebakaran lahan dan hutan di Provinsi Riau.
“Jika operasi ini tidak dilakukan, hotspot bisa mencapai ribuan dan kondisi ini bisa berdampak buruk terhadap lingkungan dalam jangka waktu yang panjang,” kata juru bicara BNPB Dr Agus Wibowo kepada Antara di Pekanbaru, Selasa (9/7).
Pada operasi pertama pada tanggal 18 Juni 2013, demikian Agus, di Riau terdapat 148 titik api, kemudian bisa ditekan hingga menjadi tinggal 141 titik. Namun, pada 20 Juni 2013, kata dia, kembali menurun menjadi 60 titik dan ditanggal 21 Juni kembali menurun menjadi 13 titik.
Pada 22 Juni 2013, tim penanggulangan bencana asap yang terdiri dari pemerintah daerah dan TNI/Polri serta masyarakat, cukup kesulitan karena terjadi gangguan badai tropis yang membuat pertumbuhan awan menjadi sangat minim di atas permukaan Riau. Ketika itu, titik api kembali meningkat jadi 92 titik dan dterus meningkat jadi 154 titik dan 265 titik ditanggal 24 Juni 2013.
“Upaya hujan buatan dan ‘water bombing’ terus dilakukan dan kembali berhasil memperkecil jumlah titik api menjadi tinggal enam titik ditanggal 26 Juni 2013,” katanya.
Sementara sepanjang tanggal 27 Juni 2013 hingga memasuki pekan kedua Juli 2013, demikian Agus, titik api bergerak secara komulatif namun tidak begitu signifikan.
“Terakhir, pada Senin (8 Juli 2013), titik kebakaran lahan hanya tinggal tiga, namun kondisinya telah padam dan hanya menyisakan asap,” kata Agus.
Ia mengatakan, meski titik kebakaran lahan nihil, pihaknya bersama tim yang tersisa akan terus melakukan pemantauan lewat jalur udara menggunakan dua helikopter.
“Upaya pemantauan udara ini sangat penting untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kebakaran lahan atau hutan di lokasi baru,” katanya.
Sumber : tvonenews