Setelah satu dekade menyandang pengakuan sebagai Cagar Biosfer, bentang alam Blambangan di ujung timur Jawa memasuki fase penting dalam perjalanannya. Tahun 2026, kawasan yang mencakup Alas Purwo, Baluran, Meru Betiri hingga Kawah Ijen akan menjalani Periodic Review, sebuah mekanisme evaluasi internasional untuk memastikan bahwa pengelolaan kawasan tetap sejalan dengan prinsip konservasi, pembangunan berkelanjutan, dan kesejahteraan masyarakat.
Sebagai bagian dari persiapan tersebut, menindaklanjuti undangan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur, Balai Besar KSDA Jawa Timur menghadiri rapat koordinasi progres pengelolaan dan penyusunan Dokumen Periodic Review Cagar Biosfer Blambangan Tahun 2026 pada 16 Desember 2025. Rapat yang digelar secara hybrid ini dipimpin oleh Kepala Bidang KSDAE Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur dan dibuka oleh Kepala Cabang Dinas Kehutanan Jember, melibatkan para pemangku kepentingan pengelola kawasan inti, penyangga, dan transisi.
Forum ini mempertemukan pengelola zona inti yang terdiri atas Bidang KSDA Wilayah III Jember, BBKSDA Jawa Timur, Balai Taman Nasional Meru Betiri, Balai Taman Nasional Baluran, dan Balai Taman Nasional Alas Purwo. Sementara itu, pengelolaan zona penyangga melibatkan KPH Perum Perhutani, serta zona transisi yang dikelola oleh CDK Banyuwangi dan CDK Jember. Seluruh peserta merupakan anggota Forum Koordinasi dan Komunikasi Pengelolaan Cagar Biosfer Blambangan periode 2025–2029 dengan Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur sebagai ketua forum.
Dalam pertemuan tersebut ditegaskan bahwa penyusunan Periodic Review merupakan tindak lanjut dari rapat koordinasi sebelumnya dan menjadi langkah strategis untuk mempertahankan status Cagar Biosfer Blambangan. Evaluasi ini diharapkan tidak hanya menjadi kewajiban administratif, tetapi juga sarana untuk memperkuat peran cagar biosfer sebagai tools pembangunan berkelanjutan, mengintegrasikan perlindungan ekosistem, penguatan ekonomi lokal, serta tata kelola kawasan yang adaptif.
Setiap pengelola zona diminta untuk menghimpun data dan menyusun narasi pendukung sesuai bidang masing-masing, meliputi pengelolaan kawasan, hasil penelitian, restorasi ekosistem, pemberdayaan masyarakat, hingga kolaborasi lintas sektor. Pengumpulan dokumen ditargetkan rampung paling lambat Maret 2026 dan akan difasilitasi melalui mekanisme berbagi dokumen daring guna memastikan konsistensi dan keterpaduan informasi.
Melalui penguatan kolaborasi dan komitmen bersama, Cagar Biosfer Blambangan diharapkan terus menjadi contoh lanskap hidup di mana konservasi alam dan pembangunan manusia berjalan beriringan, bukan sekadar menjaga status dunia, tetapi memastikan manfaatnya dirasakan nyata hingga ke tingkat tapak.
Melampaui kewajiban evaluasi, Periodic Review Cagar Biosfer Blambangan menjadi ruang bercermin bersama, sejauh mana manusia mampu hidup selaras dengan alam yang menopangnya. Di lanskap yang menyatukan hutan hujan, savana, pesisir, dan gunung api ini, kolaborasi lintas lembaga bukan sekadar kerja administratif, melainkan ikhtiar kolektif untuk menjaga keseimbangan antara pelestarian dan pemanfaatan. Sebab, keberhasilan cagar biosfer tidak diukur dari status yang dipertahankan, tetapi dari kemampuan kawasan ini terus memberi kehidupan, bagi ekosistemnya, bagi masyarakatnya, dan bagi generasi yang belum lahir.
Penulis: Fajar Dwi Nur Aji – PEH Ahli Muda BBKSDA Jatim
Editor: Agus Irwanto
Sumber: Bidang KSDA Wilayah III Jember