Akhir pekan kemarin BBKSDA Jatim seru-seruan bersama stakeholder dalam sebuah acara yang bertajuk “Road to HKAN : Jagong Bakar Keju”, jagongan membahas konservasi untuk kesejateraan yang berkelanjutan. Kegiatan yang diikuti 57 peserta tersebut digelar di camping ground milik Baung Canyon di Taman Wisata Alam Gunung Baung, 12 – 13 Agustus 2023.
Acara ini juga bagian dari peresmian Camping Ground milik Baung Canyon selaku pemegang IUPSWA di TWA Gunung Baung. IUPSWA sendiri merupakan kepanjangan dari Ijin Usaha Penyediaan Sarana Wisata Alam.
Turut hadir dalam Jagongan tersebut Kepala BBKSDA Jatim berserta beberapa pejabat eselon III dan IV, Kepala TN Alas Purwo, perwakilan dari Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur dan Tahura R. Soerjo. Juga beberapa stakeholder lainnya seperti mahasiswa Kehutanan -Institut Pertanian Malang, Gimbal Alas, beberapa kelompok Sakawana Bakti dari Surabaya, SMK Wali Songo Mojokerto, TN Alas Purwo, serta kader konservasi, dan Pelajar Kehutanan – SMK Negeri Garut.
Andi Iskandar, Site Manager Baung Canyon, mengatakan bahwa acara jagongan ini selain untuk berdiskusi mengenai konservasi dengan melibatkan semua stakeholder yang ada, juga untuk soft opening dari Baung Canyon Camping Ground.
“Camping ground ini didirikan tanpa merubah apapun yang ada, kami hanya memfaatkan sedikit dari sumber daya yang ada, dan kedepan lokasi ini akan dijadikan pusat pendidikan konservasi alam. Harapan kami setiap 2 bulan akan diadakan diskusi semacam ini yang membahas barbagai hal dalam konservasi”, tukas pria yang lebih akrab dipanggil Andi Gondrong ini.
Kepala BBKSDA Jatim, Nur Patria Kurniawan, menyampaikan bahwa taman wisata alam memiliki regulasi tentang pembagian ruang dalam kawasan, salah satunya adalah blok pemanfaatan. Dalam blok pemanfaatan ada blok pemanfaatan private dan publik.
“Lokasi Baung Canyon ini dalam blok private, dan selama aturan mainnya masih dalam lingkup konservasi, pemegang izin yang bertanggung jawab pengelolaannya selama 55 tahun”, ujarnya.
Bambu
Dalam jagongan yang dihelat malam hari, diskusi yang diangkat salah satunya adalah mengenai peran bambu, mengingat bambu sangat banyak dijumpai di Gunung Baung. Sahlan Junaedi dari Yayasan Bambu Lestari menjelaskan bahwa bambu di Indonesia ada 159 jenis, 53 jenis diantaranya berada di Pulau Jawa.
Di Jawa, Bambu memiliki keselarasan dalam hidup. Di desa-desa, bambu ditanam di pinggir-pinggir desa, karena peran utama bambu sabagai peredam angin, mempertahankan air tanah, virus / bakteri akan tersaring sebelum masuk ke rumah. Di sekitar Camping Ground Baung Canyon saja ada sekitar 6 jenis bambu yang dijumpai.
“Bambu itu keren, dapat digunakan sebagai bahan laminasi, untuk furniture furniture, rebungnya dapat dimakan, dan daunnya untuk teh. Di awal penghujan saat rebung tumbuh, ia diberi makan oleh induk bambunya. Maka jika bambu ditebang saat itu, menyebabkan rebung akan mati”, ujar pria berambut panjang ini.
Dalam 1 rumpun, bambu dapat menyimpan air sebanyak 3000 – 5000 liter selama musim hujan serta dapat menyimpan karbon hingga 50 ribu ton dalam setiap hektarnya. Ekosistem bambu dapat dijumpai mulai hutan pantai hingga dataran tinggi dan menjadi rumah bagi berbagai satwa seperti ular, Macan Rembah, hingga berbagai jenis burung. (agus irwanto)
*Jagongan = duduk-duduk sambil mengobrol