Bayangkan saja, Indonesia dengan jutaan hektar hutan hanya memiliki 8 ribu personel polisi hutan. Jumlah ini amat terbatas. Padahal mengacu pada data hasil studi Tigers Alive Initiative (TAI) diperlukan 8 orang polisi hutan setiap 100 km2.
“Sangat mendesak bagi Indonesia untuk menambah jumlah polisi hutan, guna menahan laju terjadinya kejahatan kehutanan khususnya terhadap satwa liar yang dilindungi,” ujar Direktur Konservasi WWF-Indonesia Arnold Sitompul, Kamis (3/3/2016).
Arnold merujuk pada meningkatnya angka kematian satwa liar yang dilindungi akibat perburuan. Hal ini terjadi karena belum optimalnya upaya perlindungan terhadap mereka dan habitatnya. Sepanjang bulan Februari 2016 saja, WWF-Indonesia mencatat telah terjadi setidaknya 18 kejahatan satwa liar dilindungi, seperti kematian Gajah Sumatera, penjualan kulit Harimau Sumatera, dan upaya penyelundupan kura-kura moncong babi.
Tak hanya jumlahnya, kapasitas dan perlengkapan polisi hutan juga harus ditingkatkan. Tugas Polhut adalah pekerjaan yang berbahaya, tak cukup bermodalkan keberanian, namun perlu didukung peralatan yang memadai menghadapi perkembangan tantangan di lapangan.
“”Polisi hutan merupakan salah satu instrumen penting dalam usaha memperkuat pengamanan kawasan konservasi dan spesies dilindungi, yang merupakan aset bangsa,” imbuh Arnold.
Pada Hari Hidupan Liar Sedunia (World Wildlife Day) yang diperingati setiap 3 Maret, WWF meluncurkan hasil studi persepsi polisi hutan. Studi tersebut dilakukan terhadap 530 responden polisi hutan di 11 negara yang masih memiliki harimau (tiger range country), termasuk Indonesia. Hasilnya menunjukkan sebanyak 63 persen merasa menghadapi situasi yang membahayakan dan 74 persen merasakan kurangnya perlengkapan untuk bekerja. Selain itu, 48 persen responden menyampaikan belum mendapatkan pelatihan yang cukup dan sebanyak 30 persen menyatakan pekerjaan ini belum mendapat imbalan yang memadai.
“Diperlukan upaya semua pihak, termasuk setiap dari kita untuk menjaga dan melindungi hutan dan hidupan liar di dalamnya”, ujar Arnold.
Sumber : news.detik.com