Merak Membelah Sabana dan Lutung Menjaga Argopuro

Share

Bermi, 15 Juli 2025. Mentari pagi masih malu-malu menyibak kabut tipis di dinginnya punggungan pegunungan, saat sayap Elang Bido mulai menari di langit. Ia bak menyambut langkah tim Smart Patrol BBKSDA Jawa Timur yang menyusuri hutan dengan tekad mengkaji denyut kehidupan liar yang tersisa. Di bawah tajuk lebat pepohonan, seekor Lutung Jawa berwarna emas melintas lincah, seolah menjadi penjaga gerbang belantara yang sunyi.

Dalam rentang patroli yang berlangsung selama beberapa hari, tim dari Seksi KSDA Wilayah VI Probolinggo bersama Masyarakat Mitra Polhut mencatat beragam tanda kehadiran satwa liar, jejak samar, kotoran, bahkan suara panggilan yang bergema di lembah-lembah. Setiap jejak itu bukan sekadar data, tetapi potongan cerita ekosistem yang rapuh, dan semakin terancam oleh jejak manusia.

Tak jauh dari punggungan Cikasur, sabana membentang luas bak permadani emas. Dari kejauhan, seekor Merak Hijau (Pavo muticus) melangkah penuh wibawa, membelah cakrawala dengan kepakan agungnya. Momen itu menjadi penegas bahwa kawasan ini bukan hanya rumah bagi biodiversitas, tapi juga simbol harapan akan masa depan konservasi.

Namun di balik keindahan, ancaman masih membayangi. Tim menemukan indikasi kuat aktivitas perburuan burung liar yang masih terjadi, meskipun tersamar.

Beberapa warga mencoba menangkap burung untuk dijinakkan, ditangkap, bahkan diperjualbelikan. Smart Patrol kali ini tak hanya menyoal pengumpulan data, tapi juga menyisipkan edukasi, tentang fungsi burung sebagai penyebar biji, pengendali serangga, dan elemen penting penyeimbang hutan.

Pendekatan persuasif dilakukan. Dialog dibuka. Harapan ditanam. Konservasi, bagi para rimbawan, bukan sekadar pekerjaan teknis, melainkan sebuah pilihan untuk menjaga makhluk-makhluk tak berkata yang justru sangat menentukan hidup manusia di masa depan.

“Kami tidak hanya berjalan menyusuri hutan, kami mendengar cerita dari ranting, menyerap bisikan dari tanah, dan menyusun mosaik ekosistem yang masih berjuang bertahan,” ujar Asep Hawim Polisi Kehutanan Muda sebagai komandan lapangan dengan mata berkaca.

Patroli ini menjadi pengingat bahwa menjaga alam bukanlah tentang heroisme, melainkan tentang kesetiaan, pada bumi, pada kehidupan, dan pada generasi yang belum lahir. Karena di setiap jejak elang yang melayang, di setiap lutung yang melompat, dan di setiap merak yang terbang, tersimpan doa agar bumi tetap bernyawa. (dna)

Sumber: Bidang KSDA Wilayah 3 Jember – Balai Besar KSDA Jawa Timur