Di jalur pendakian Argopuro, kelelahan para pendaki seketika terhenti ketika sesosok Rusa Timor betina muncul dari balik semak belukar (30/08/25). Tubuhnya ramping, geraknya penuh kewaspadaan, namun tatapannya teduh seolah memberi salam. Di ketinggian yang sunyi, di mana napas manusia berpacu dengan dingin udara, kehadiran mamalia ini bagai pengingat bahwa hutan bukanlah ruang kosong, melainkan rumah kehidupan yang harus dijaga.
Rusa Timor (Rusa timorensis) adalah satwa liar yang dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri LHK P.106/2018. Ia menempati posisi penting dalam ekosistem hutan pegunungan, sebagai pemangkas alami vegetasi sekaligus mangsa kunci predator besar di masa lalu. Namun, perjumpaan langsung di habitat aslinya kian jarang, terdesak oleh fragmentasi hutan dan tekanan aktivitas manusia.
“Perjumpaan seperti ini adalah penanda bahwa habitat Argopuro masih menyimpan denyut kehidupan. Kehadiran Rusa Timor menjadi indikator penting kualitas ekosistem,” ungkap Benediktus Rio Wibawanto, Kepala Seksi KSDA Wilayah VI Probolinggo.
Ia menegaskan, kehadiran satwa tersebut tidak boleh hanya dipandang sebagai pengalaman wisata, melainkan refleksi atas tanggung jawab menjaga keseimbangan hutan.
Senada dengan itu, Nur Patria Kurniawan, Kepala Balai Besar KSDA Jawa Timur, menekankan bahwa upaya konservasi harus terus diperkuat melalui patroli, monitoring, dan kolaborasi masyarakat.
“Rusa Timor adalah bagian dari warisan alam Nusantara. Setiap perjumpaan di alam liar adalah bukti nyata keberhasilan menjaga kawasan, sekaligus peringatan bahwa tanggung jawab konservasi ada di pundak kita semua,” tegasnya.
Bagi para pendaki, pertemuan singkat dengan rusa Timur di Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Yang “Argopuro” bukan sekadar cerita perjalanan. Ia adalah pengalaman spiritual, menghadirkan kagum sekaligus renungan, bahwa di balik lelah dan dingin, ada makhluk yang sejak ratusan tahun lalu bertahan bersama hutan.
Argopuro tak hanya menyajikan jalur terpanjang di Pulau Jawa, tetapi juga menyimpan kisah tentang hubungan manusia dengan alam. Dan Rusa Timor, dengan keheningan tatapannya, seakan berbisik bahwa hutan ini bukan hanya untuk dilalui, melainkan untuk dijaga.
Sumber: Fajar Dwi Nur Aji – Pengendali Ekosistem Hutan Ahli Muda BBKSDA Jatim