Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) merupakan karnivora besar yang menjadi satwa kunci bagi Cagar Alam Pulau Sempu. Keberadaannya baru sebatas perjumpaan tidak langsung dan langsung baik petugas maupun masyarakat. Namun, bukti berupa foto maupun video belum pernah didapat hingga kini.
Keberadaan Macan Tutul Jawa tercatat pertama kali tahun 1996, pada ekspedisi yang dilakukan oleh Konservasi Satwa Bagi Kehidupan (KSBK), saat ini bernama Profauna. Selanjutnya di tahun 2013, Informasi keberadaannya sering disampaikan oleh petugas RKW Pulau Sempu yang pernah menjumpainya baik yang Macan Tutul (light morph) dan Macan Kumbang (dark morph). Salah satu lokasi perjumpaan di jalur menuju Segara Anakan.
Sekitar bulan bulan Maret–April 2013, Tim Monitoring Pelepasliaran Elang Bondol juga berjumpa langsung dengan kucing besar ini di blok Setigen, namun tim juga tidak berhasil mendokumentasikannya.
Hal ini juga menjadi semangat tersendiri bagi petugas Resort Konservasi Wilayah 21 Pulau Sempu untuk mendapatkan dokumentasinya dalam setiap kegiatan pengamanan kawasan konservasi. Seperti yang dilaksanakan pada 30 April 2020 yang lalu, petugas bersama Masyarakat Mitra Polhut melakukan pemeriksaan dan penggantian memory kamera trap.
Meskipun dalam suasana bulan Puasa Ramadhan dan adanya wabah COVID-19, petugas tetap semangat dan memperhatikan arahan pemerintah terkait Physical distancing.
Hasil Kamera trap yang telah dipasang 3 Maret 2020 mendapatkan video jenis satwa Kijang, Kancil, Musang, Biawak, Babi hutan dan Ayam hutan. Dari hasil dan evaluasi, maka dilakukan pemindahan lokasi kamera trap ke blok-blok kawasan yang lainnya.
Salah satu kendala bagi petugas adalah jumlah kamera trap di RKW 21 Pulau Sempu baru 2 buah. Ini jelas sangat membatasi sebaran kamera trap yang ditempatkan dan membutuhkan waktu yang lama untuk merata ke seluruh blok di cagar alam.
Semoga di bulan Ramadhan kamera trap bisa merekam keberadaan karnivora besar endemik Jawa tersebut di Cagar Alam Pulau Sempu.
Admin