Hujan deras dan kabut dingin menusuk tak menjadi alasan untuk berhenti. Di Cagar Alam Gunung Sigogor “Alas Ireng”, langkah para rimbawan Balai Besar KSDA Jawa Timur terus maju. Mereka bukan sekadar berjalan di jalur berlumpur, melainkan menapaki sebuah pengabdian, menjaga kehidupan yang tak bersuara.
Selama 19–22 Agustus 2025, tim Smart Patrol menyusuri blok Telasih Growong. Grid demi grid mereka lalui, meliputi hampir sepuluh hektar kawasan hutan yang lembab dan licin. Di balik setiap langkah, ada nilai keteguhan seorang rimbawan: bahwa hutan, dengan segala flora dan faunanya, lebih layak diperjuangkan daripada rasa lelah atau dingin yang mendera.
Hutan Sigogor menjawab ketekunan itu dengan memperlihatkan kekayaannya. Pohon Nyampuh (Pygeum parviflorum), Suren (Toona sureni), Pasang (Lithocarpus elegans), hingga rotan dan anggrek liar menyambut di setiap sudut. Di sela kabut, satwa pun menampakkan diri, Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) yang lincah, Kijang (Muntiacus muntjak) yang waspada, Luwak (Paradoxurus hermaphroditus), hingga kicau Burung Paok (Hydrornis guajanus). Semua menjadi bukti bahwa hutan masih bernapas, karena ada yang menjaganya.
Meski cuaca berat, tim tidak mendapati adanya gangguan atau pelanggaran di kawasan. Justru, dalam perjalanan mereka sempat berhenti untuk menyapa warga sekitar. Sebuah pesan sederhana disampaikan bahwa menjaga hutan adalah menjaga kehidupan bersama.
Bagi para rimbawan, Smart Patrol bukan sekadar kegiatan rutin. Ia adalah garis pertahanan terakhir, pengabdian yang tak mengenal cuaca, tak mengenal lelah. Di bawah hujan dan kabut, mereka meneguhkan kembali jati diri bahwa rimbawan adalah benteng hidup yang berdiri di antara manusia dan keruntuhan alam.
Hujan bisa reda, langkah bisa letih, tapi perjuangan rimbawan tak pernah berhenti! (dna)
Sumber: Bidang KSDA Wilayah 1 Madiun – Balai Besar KSDA Jawa Timur