Meskipun telah dimasukkan dalam kategori dalam Appendix 1 CITES, yang berarti tidak boleh diperdagangkan, namun masih mudah untuk dijumpai perdagangan kukang secara ilegal di pasar hewan maupun di daerah-daerah perumahan.
Dari lima genus Nycticebus yang ada di dunia, tiga jenis spesies kukang hidup di Indonesia, yaitu Kukang jawa (Nycticebus javanicus), Kukang sumatera (N. coucang) dan Kukang borneo (N. menagensis). Dalam IUCN Redlist bahkan telah mengategorikan Kukang jawa dalam status endangered (terancam punah) dan vulnerable (rentan terhadap kepunahan) untuk jenis Kukang sumatera dan Kukang borneo.
Dalam media rilis sebelumnya, Direktur Eksekutif Yayasan International Animal Rescue Indonesia (YIARI), Agustinus Taufik Ph.D menyebutkan bahwa daya tampung di kandang rehabilitasi yang dimiliki oleh yayasannya amat terbatas.
Selain karena masuknya kukang-kukang sitaan, daya tampung yang terbatas disebabkan karena kukang yang telah siap dilepasliarkan, hingga saat ini masih berada di pusat rehabilitasi karena menunggu izin otoritas berwenang untuk lokasi pelepasliarannya. Agustinus mengkuatikan bahwa daya tampung yang terbatas akan berpengaruh kepada aspek kesejahteraan satwa (animal welfare).
kukang adalah primata yang cantik dan karismatik yang memiliki karakteristik yang unik dan tidak umum. Mereka adalah satu-satunya primata yang memiliki bisa (venomous primate), mereka memiliki dua lidah sisir yang terbuat dari gigi seri bawahnya. Mereka tidak bisa melompat, gerak mereka lambat dan hati-hati. Kukang juga memiliki ekstra vertebrata di tulang belakangnya yang memungkinkan mereka mampu bergulung di cabang. Mereka juga memiliki metabolisme yang sangat rendah, mereka juga unik karena memiliki masa hibernasi parsial atau mati suri temporer.
Selain keunikan karakteristiknya, kukang juga belum banyak diteliti. Barangkali karena sifatnya yang nokturnal (aktif sebagai binatang malam) hingga gaya hidupnya yang tersamar. Akan amat disesalkan, jika membiarkan primata yang unik dalam proses evolusi ini punah sebelum kita banyak paham tentangnya.
Hasil penelitian terbaru menyebutkan bahwa jenis Kukang jawa (Javan lorises) berperan penting dalam penyerbukan tumbuhan berbunga, misalnya yang kami amati untuk penyerbukan bunga kaliandra di hutan. Indikasi awal menunjukkan bahwa kukang amat berperan pula dalam penyerbukan pohon berbunga dan juga penyebaran biji-bijian.
Setiap spesies berbeda dan memiliki efek yang berbeda-beda di alam karena faktor-faktor tekanan hidup, ketersediaan pakannya, kompetisi dari sesama hewan yang telah ada di alam, pemangsa, iklim dan sebagainya. Kita perlu memahami asal dari satwa tersebut, tipe habitat tempat kita akan melepaskan juga harus spesifik dan berbeda.
Satwa yang dilepasliarkan harus beradaptasi untuk menemukan sumber makanan baru, menjelajahi habitat baru, membangun berbagai rumah, termasuk beradaptasi dengan penghuni lama yang telah ada.
Ibaratnya demikian, jika kita memindahkan seorang peternak sapi savana dari Afrika ke New York, tentu saja ia akan berjuang untuk bertahan hidup. Hal sebaliknya, yaitu menempatkan seorang asal New York dan menempatkannya di savana Afrika, mungkin dia akan mati kelaparan atau dehidrasi. Pengetahuan lokal dari habitat baru sangat penting untuk kelangsungan hidup.
Sumber : Mongabay.co.id