Wonocoyo, sebuah desa yang terletak disebelah Selatan Trenggalek, tepatnya di Kecamatan Panggul. Desa yang berjarak 54 km sebelah barat daya ibu kota Kabupaten Trenggalek ini langsung berbatasan dengan Samudra Indonesia. Di selatan desa inilah membentang pantai dari barat hingga ke timur yang menjadi tempat Penyu mendarat dan bertelur di setiap bulan Mei – Agustus. Bentangan pantai tersebut dikenal dengan nama Taman Kili-kili, sedangkan penduduk setempat menyebut Penyu sebagai “Pasiran”.
Berdasarkan data yang dimiliki Dinas Perikanan dan Kelautan, Penyu yang sering ditemukan di Taman Kili-Kili selama ini ada 3 jenis, yaitu penyu hijau /green turtle (Chelonia mydas), Penyu Sisik/Hawksbill turtle (Eretmochelys imbricata) dan Penyu Belimbing / Leatherback turtle (Dermochelys olivacea). Dari ketiga jenis itu, Penyu Belimbing adalah penyu terbesar yang pernah mereka temukan. Dengan ukuran sekitar 2 meter dengan berat kurang lebih 700 – 800 kg.
Masyarakat yang saat itu belum mengerti dan memahami status perlindungan Penyu, seringkali mengambil telur-telurnya yang ditemukan di Taman Kili-Kili baik untuk dijual maupun dikonsumsi sendiri. Menurut pengakuan mereka, setiap tahun tidak kurang dari 40 sarang Penyu ditemukan.
Hingga pada tanggal 18 – 19 Mei 2011, Dinas Perikanan dan Kelautan mengadakan Workshop Konservasi Penyu. Masyarakat Desa Wonocoyo yang menjadi peserta kemudian mengetahui bahwa satwa yang selama ini dikenal sebagai Pasiran adalah Penyu. Masyarakat juga akhirnya mengerti bahwa keberadaan Penyu sudah sangat rentan dan dilindungi oleh Undang Undang di Indonesia maupun internasional.
Sepulang dari workshop tersebut, pihak pemerintah Desa Wonocoyo segera menindaklanjuti hasil workshop dengan membentuk Kelompok Pengawas Masyarakat (Pokmaswas) Penyu. Pokmaswas berjalan dibawah pembinaan dan bimbingan dari Dinas Perikanan dan Kelautan Trenggalek dan pemerhati Penyu dari Unibraw, Bapak Sukandar. Kegiatan utama Pokmaswas saat ini adalah mengamankan Penyu dan telur Penyu hingga menetas menjadi tukik untuk kemudian dilepaskan kembali ke laut.
DKP Trenggalek telah membangun fasilitas menara pemantau dan pagar untuk mengamankan telur Penyu agar telur-telur tersebut dapat menetas, hingga pembesaran tukik di Taman Kili-Kili. (Siti Nurlaili, S.Si / PEH Pertama pada SKW I Kediri)