Hari Strategi Konservasi Sedunia: Menjaga Harmoni Alam Di Tengah Krisis Ekologi

Share

Setiap tanggal 6 Maret, dunia memperingati Hari Strategi Konservasi Sedunia, sebuah momentum penting untuk merefleksikan upaya global dalam melindungi keanekaragaman hayati dan ekosistem yang semakin terancam. Di tengah laju deforestasi, perubahan iklim yang semakin ekstrem, serta hilangnya habitat alami, strategi konservasi bukan lagi sekadar pilihan melainkan kebutuhan mendesak untuk menjaga keseimbangan bumi.

Sejak dokumen World Conservation Strategy diluncurkan dan diperkenalkan pertama kali oleh United Nations Environment Programme (UNEP), World Wildlife Fund (WWF), dan International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) pada 6 Maret 1980, prinsip-prinsip konservasi telah menjadi landasan dalam pengelolaan sumber daya alam. Namun, empat dekade berlalu, tantangan yang dihadapi semakin kompleks. Krisis ekologis yang mengancam hutan hujan tropis, laut, dan keanekaragaman hayati membutuhkan pendekatan baru yang lebih adaptif dan berbasis sains.

Indonesia, sebagai salah satu negara dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, memiliki peran strategis dalam upaya ini. Dari upaya rehabilitasi ekosistem mangrove yang menahan abrasi hingga konservasi satwa liar seperti harimau sumatera dan badak jawa, berbagai langkah telah dilakukan untuk memastikan alam tetap lestari. Namun, tekanan dari ekspansi industri, perubahan penggunaan lahan, serta eksploitasi sumber daya masih menjadi tantangan besar.

Momentum Hari Strategi Konservasi Sedunia mengingatkan kita bahwa menjaga alam tidak bisa hanya mengandalkan satu pihak. Kolaborasi antara pemerintah, ilmuwan, komunitas lokal, dan masyarakat global menjadi kunci utama dalam menghadapi krisis lingkungan. Langkah-langkah strategis seperti peningkatan kawasan konservasi berbasis masyarakat, pendekatan teknologi dalam pemantauan ekosistem, serta penguatan kebijakan berbasis keberlanjutan harus terus diupayakan.

Bumi adalah rumah bagi kita semua, dan tanpa strategi konservasi yang kuat, masa depan ekosistem serta kehidupan di dalamnya akan semakin terancam. Tanggal 6 Maret 2025, mari kita kembali meneguhkan komitmen untuk menjaga keseimbangan alam, karena melestarikan lingkungan berarti menjaga kehidupan itu sendiri. Communication As Conservation Sollution.

Sumber: Fajar Dwi Nur Aji, Pengendali Ekosistem Hutan Ahli Muda pada Balai Besar KSDA Jawa Timur