Tak kurang dari 100 peserta mengikuti Rapat Focus Group Discussion (FGD) Mata Wali – Penyelamatan Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua sulphurea abotti) di Hotel Pohon Inn – Jatim Park, Kota Batu, 9 Oktober 2023. Kegiatan yang dilaksanakan secara hybrid (daring dan luring) dibuka oleh Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Prof. Dr. Satyawan Pudyatmoko, S.Hut, M.Agr.Sc.
Dalam sambutannya, Satyawan Pudyatmoko mengatakan bahwa perlunya tindakan konkrit sangat urgen dan mendesak dilakukan untuk penyelamatan Kakatua Kecil Jambul Kuning. Seperti, perlunya melakukan konservasi eksitu untuk mendukung insitu, roadmap pengelolaan Kakatua Kecil Jambul Kuning (KKJK) ras abbotti, dan pemberdayaan masyarakat dengan cara menghubungkan dengan atraksi lain yang ada di Pulau Masakambing.
“Juga, segera dibuat kesepahaman antara pihak Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan masyarakat dan pemerintah daerah” tambah Satyawan.
Sementara itu, Hj. Dewi Khalifah, SH., MH., M.Pd., Wakil Bupati Sumenep, mengharapkan kegiatan FGD ini dapat memperoleh hasil yang luar biasa dalam pengelolaan jenis satwa di Kabupaten Sumenep. Karena menurutnya, Kabupaten Sumenep memiliki berbagai potensi keanekaragaman satwa, seperti Kucing Raas, Rusa Timor, Kuda Laut, Teripang Laut, dimana tekanan terhadap populasinya cukup tinggi.
“Upaya budidaya dapat dilakukan sebagai salah satu alternatif penyelamatan keanekaragaman jenis satwa”, ujarnya.
Dalam sambutan selamat datangnya, Kepala Balai Besar KSDA Jawa Timur, Nur Patria Kurniawan, S.Hut., M.Sc., mengatakan bahwa FGD Mata Wali ini merupakan inisiasi dan arahan dari Dirjen KSDAE dengan memperhatikan permasalahan populasi abbotti yang sedikit dan terisolasi.
“Untuk itu diperlukan intervensi manajemen dengan adanya aksi bersama, yang diawali dengan FGD ini”, ujar Nur Patria.
Dalam kegiatan FGD ini dilakukan paparan materi dari beberapa narasumber yang terbagi dalam 2 sesi. Pada sesi pertama ada Tri Haryoko, M.Si dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dwi Agustina, S.Si., M.Sc. – Konservasi Kakatua Indonesia, drh. Andreas Bandang Hardian, M.VSc. – FKH Universitas Brawijaya. Serta drh. Indra Exploitasia, M.Si. – Plt. Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik yang memberikan paparannya secara daring.
Pada sesi 2 dilakukan tanya jawab dan membuat rekomendasi hasil rapat FGD yang dituangkan dalam lembar rekomendasi serta ditandatangani oleh perwakilan dari peserta rapat.
Para peserta FGD Mata Wali Kakatua Kecil Jambul Kuning Ras Abotti juga melakukan penandatanganan komitmen bersama dalam menyelamatkan dan melestarikan satwa liar jenis Kakatua Kecil Jambul Kuning Masakambing (Cacatua sulphurea abotti). Penandatangan dilakukan oleh pihak-pihak terkait dari Dirjen KSDAE, Dir. KKHSG, Dir. BPPE, BBKSDA Jatim, BRIN, Pemprov. Jatim, Pemkab Sumenep, Univ. Brawijaya, KKI, Jawa Timur Park, YKEI, dan TSI II Prigen.
Peserta rapat yang hadir luring (offline) antara lain dari pihak KLHK yakni pihak BBKSDA Jatim sebagai tuan rumah, Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik, Direktorat Bina Pengelolaan dan Pemulihan Ekosistem, dan Kepala Balai Taman Nasional Baluran.
Sedangkan dari pihak pemerintah provinsi dan kabupaten terdiri dari Wakil Bupati Sumenep, Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur, Bakorwil Madura, CDK Sumenep, Setda Sumenep, Bappeda Sumenep, dan DLH Sumenep.
FGD ini juga dihadiri dari berbagai civitas akademika dari IPM, UB, UMM, UNAIR, UWKS, dan ITS. Dan perwakilan dari lembaga konservasi seperti Jawa Timur Park, Taman Safari II, PDTS KBS, Maharani Zoo dan Goa, serta beberapa lembaga swadaya masyarakat seperti YKEI, Burungnesia, dan Yayasan Genbinesia. (agus irwanto)