Berang-berang menjadi salah satu hewan semi akuatik yang dapat dijumpai di wilayah tropis. Satwa ini merupakan salah satu top predator dalam ekosistem perairan. Sebab itu keberadaannya menjadi bioindikator kondisi lingkungan sekitarnya, artinya kawasan tersebut masih mampu mendukung kehidupan Berang-berang. Baik itu tempat berlindung, mencari makan, berkembang biak, serta tidak adanya gangguan manusia.
Di Indonesia terdapat empat jenis berang berang, dimana salah satunya adalah Berang-berang Cakar Kecil (Aonyx cinereus). Berang-berang ini merupakan jenis terkecil, dengan panjang tubuh hanya 60 – 90 cm dan berat 2.7-5.4 kg. Ukuran tubuhnya sedikit lebih besar dari kucing, selaput renangnya tidak penuh dan cakar yang sangat pendek.
Satwa ini dapat dijumpai di sempadan sungai, rawa atau sekitar pantai, namun dapat pula dijumpai di sungai wilayah pegunungan. Ia termasuk satwa yang rentan punah atau Vulnerable berdasarkan IUCN Redlist, Sedangkan CITES memasukkan satwa ini dalam APPENDIX II, dimana berdasarkan peraturan satwa ini dilarang diperjualbelikan kecuali hasil penangkaran resmi.
Di lereng Argopuro, Berang-berang Cakar Kecil masih dijumpai di sungai yang terdapat di hutan lindung yang merupakan kawasan penyangga Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Yang. Satwa ini dijumpai di kawasan Penyangga yang berada di ketinggian ±850 mdpl. Tepatnya di Lereng Barat Gunung Argopuro yang masuk wilayah Krucil.
Keberadaannya di kawasan penyangga dapat mengindikasikan bahwa kawasan penyangga tersebut dapat menyediakan habitat yang baik bagi Berang-berang. Diperlukan kajian lebih lanjut apakah satwa ini hanya hidup terbatas di ketinggian tersebut atau lebih tinggi lagi. (Samsul Ma’arif, Bakti Rimbawan di Resort Konservasi Wilayah 23 Argopuro)
Editor : Agus Irwanto
Selamat bertugas di tempat tugas yang baru, Taman Nasional Tambora. Tetap rajin menulis ya mas Samsul