Pakar Bambu Indonesia Prof Elizabeth A Widjaja menyebutkan dampak hutan bambu terhadap lingkungan sangat berguna selain untuk konservasi tanah, dan rehabilitasi lahan yang terdegradasi, juga sebagai filter air dan konservasi air.
“Peranan bambu dalam konservasi tanah dan air sangatlah tinggi,” ujar Peneliti di Pusat Peneliti Biologi-LIPI Elizabeth A Widjaja dalam seminar sehari memperingati Hari Keanekaragaman Hayati di gedung Kusnoto-LIPI, Kota Bogor, Jawa Barat Rabu (22/5).
Elizabeth menjelaskan Indonesia yang diperkirakan memiliki jumlah Daerah aliran sungai (DAS) 136,31 persen diantaranya adalah sangat kritis, 41 persen kritis dan 28 persen agak kritis. Penyelamatan DAS menjadi sangat penting dalam mengkonservasi tanah dan juga air.
Berdasarkan hasil penelitian di lereng Gunung Semeru, dikatakan bahwa debit air pada musim kemarau berkisar antara 600-800 liter per detik, sedangkan pada musim hujan 1000 liter per detik. Kenaikan debit air dari semua 350 liter per detik disneabkan karena terawatnya hutan bambu seluas 14 hektar yang berada di atas Sumber Delling.
“Ini dibuktikan dengan hasil penelitian INBAR di India yang mengatakan bahwa permukaan air tanah dalam waktu empat tahun naik dari 40 m menjadi 33.7 m,” ujar pakar Bambu Indonesia ini.
Tidak hanya itu, lanjutnya, bambu juga mencegah erosi tanah, hal ini dapat dibuktikan adanya penelitian terhadap penanaman bambu baru setelah lima tahun terbukti, erosi tanah menurun dari 4.235 ton per km persegi menjadi 436 tons per km persegi.
“Bambu juga sangat bermanfaat sebagai filter air ketika sebagai tanaman hidup maupun ketika bambu dibuat arang untuk memfilter air menjadi jernih,” kata peneliti lulusan Doktoral University of Birmingham Inggris ini.
Sumber : www.republika.co.id