Indonesia berada di daftar peringkat teratas untuk perlindungan wilayah “tidak tergantikan” yang harus dilindungi karena keterancaman dan endemisitas spesiesnya.
Hasil penelitian yang diterbitkan oleh jurnal ilmiah Science pada tanggal 14 November 2013 yang lalu, telah merilis 78 lokasi penting untuk perlindungan dan konservasi spesies amfibi, burung dan mamalia. Peneliti telah melakukan evaluasi terhadap 173.000 kawasan lindung yang berada di daratan yan penting bagi keanekaragaman hayati global berdasarkan jumlah daftar mamalia, burung, dan amfibi yang terancam.
Dari 137 kawasan lindung di 34 negara yang diidentifikasikan sebagai “tidak tergantikan” ini, 8 di antaranya terletak di Indonesia. Dalam daftar yang dikeluarkan ini, Indonesia berada di urutan pertama, diikuti oleh adalah Venezuela (5 lokasi) dan selanjutnya Brasil, Cina, Kolombia, Meksiko dan Peru masing-masing memiliki empat lokasi.
Dari delapan wilayah perlindungan yang ada di Indonesia, dua diantaranya masuk di dalam Situs Warisan Dunia yaitu Taman Nasional Lorentz di Papua dan Situs Hutan Hujan Tropis Sumatera/Ekosistem Leuser di Sumatera. Sedangkan enam sisanya tidak termasuk dalam Situs Warisan Dunia, yaitu SM Karakelang (Sulawesi Utara), TN Lore Lindu (Sulawesi Tengah), TN Manusela (Seram, Maluku), CA Pulau Yapen Tengah (Papua), TN Siberut (Sumatera Barat), dan CA Wondiwoi (Papua Barat).
Jumlah situs terbanyak di Indonesia tampaknya dapat dipahami mengingat laju deforestasi yang tinggi di samping melimpahnya jumlah spesies amfibi, burung dan mamalia yang ada di Indonesia.
“Kami menitikberatkan terhadap 137 area perlindungan di seluruh dunia, yang mencakup 1,7 juta km2 wilayah darat, kemudian memperbandingkan antara 100 situs terpenting yang tidak tergantikan dengan 100 area yang memiliki keterancaman spesiesnya,” demikian para peneliti mengungkapkan metodologi penelitiannya.
“Salah satu contohnya adalah Taman Nasional Gunung Lorentz di Papua, Indonesia yang lebih dari 5 persen wilayahnya adalah tempat tinggal dari 46 spesies mamalia, termasuk dua di dalamnya tidak berada di tempat lain (endemik) dan 8 di antaranya memiliki habitat di lebih dari separuh wilayah taman nasional. Hal ini merupakan contoh yang perlu diprioritaskan untuk upaya pengelolaan ke depan.”
Menurut penelitian ini, kawasan lindung yang paling penting di dunia bagi spesies terancam adalah Taman Nasional Sierra Nevada de Santa Marta di Kolombia. Taman Nasional ini adalah rumah bagi lebih dari 40 spesies endemik terancam punah yang tidak ditemukan di tempat lain. Beberapa nama lain situs yang terkenal adalah Kepulauan Galapagos, Taman Nasional Manu di wilayah Amazon Peru, Western Ghats di India dan Ekosistem Hutan Hujan Sumatera, Indonesia. Dari daftar yang dirilis, sebagian besar terdapat di wilayah tropis maupun di hutan hujan pegunungan, yang sangat kaya dengan keragaman hayati yang tidak dijumpai di tempat lainnya di dunia.
Dari 78 lokasi penting ini hanya baru sekitar setengahnya yang diidentifikasi dalam Status Warisan Dunia UNESCO, termasuk situs yang paling penting yaitu Sierra Nevada de Santa Maria. Situs lainnya yang belum dicantumkan meliputi Taman Nasional Pegunungan Udzungwa di Tanzania dan area ekosistem lahan basah Cienaga de Zapata di Kuba .
“Semua tempat-tempat yang luar biasa ini harusnya menjadi kandidat kuat untuk status Warisan Dunia,” ujar Soizic Le Saout, penulis utama studi tersebut. “Pengakuan itu akan memastikan perlindungan yang efektif dari keanekaragaman hayati yang unik di wilayah ini, mengingat adanya standar yang ketat yang diperlukan untuk pengelolaan situs Warisan Dunia. ”
Meskipun sudah ditetapkan dalam kriteria kawasan perlindungan alam, bukan berarti wilayah-wilayah tersebut otomatis terlindungi dengan baik.
Banyak ditemukan kawasan perlindungan dunia yang menderita kekurangan dana, manajemen yang buruk, maraknya perburuan satwa, menderita karena penebangan hutan dan masuknya proyek-proyek industri seperti pembangunan jalan, pembangunan PLTA dan proyek pertambangan.
Di sisi lain, kawasan perlindungan alam juga menghadapi masalah dalam kebijakan baru pemerintah masing-masing negara, seperti perubahan status hukum dan pengecilan wilayah dalam rangka mengakomodasi masuknya industri-industri ekstraktif seperti minyak, gas, penebangan dan pertambangan.
Berdasarkan data kekayaan hayati Indonesia oleh Global Forest Watch, Indonesia memiliki 12 persen dari spesies mamalia. Dari 515 spesies mamalia itu sebanyak 36 persen endemik, termasuk spesies-spesies langka seperti harimau Sumatera, badak Sumatera dan badak Jawa, juga orangutan.
Sebagai pemilik 16 persen dari total dunia dengan 60 spesies binatang reptil dan amfibi, Indonesia menduduki peringkat ketiga tertinggi di dunia, termasuk komodo juga piton.
Indonesia memiliki 1.519 spesies burung merupakan seperenam dari seluruh jenis di dunia. Dimana 28 persen burung di Indonesia merupakan jenis endemik, termasuk cendrawasih dan elang Jawa. Lalu, 25 persen dari spesies ikan dunia dapat ditemukan di perairan pesisir Indonesia.
Indonesia menduduki peringkat pertama untuk keragaman kupu-kupu ekor walet di dunia dengan 121 spesies, 44 persen di antaranya endemik. Indonesia juga punya spesies tumbuhan palma terbanyak, 400 spesies ‘dipterocarps’ dan kira-kira 25.000 spesies flora dan fauna. Sementara itu, 128 spesies mamalia di Indonesia diperkirakan sedang terancam.
Sumber : National Geographic Indonesia