7 Individu Elang Ular Bawean Muncul Serentak di Gunung Besar, Pertanda Apa Ini?

Share

Gunung Besar di Pulau Bawean menyuguhkan sebuah peristiwa langka pada pagi 10 November 2025. Dalam patroli kawasan yang digelar Balai Besar KSDA Jawa Timur, tujuh individu Elang Ular Bawean tampak muncul bersamaan, seakan menandai wilayah hutan dengan bahasa langit yang hanya dimengerti oleh mereka yang tahu bagaimana membaca isyarat alam. Bagi tim Smart Patrol, temuan ini adalah denyut penting yang membuktikan bahwa jantung ekosistem Bawean masih beroperasi dengan ritme alamiahnya.

Patroli hari itu digerakkan oleh delapan personel yang terbiasa menembus sunyi rimba. Abdul Rahim memimpin keseluruhan operasi sebagai koordinator, sementara Tifan Nurrizal menjaga stabilitas langkah sebagai leader tim. Nur Hayyan Jahansyah mengambil peran navigasi, mengarahkan tim menuju blok hutan yang dalam wilayah grid 604 dan 620, salah satu kantong habitat paling tua dan paling rapat di Gunung Besar.

Tiga pengisi data Smart Mobile, Muhammad Hekkam, Taufik Hidayat, dan Bustanul Muhaddisin, mengamankan setiap temuan, memastikan bahwa detail lapangan menjadi bagian dari basis data konservasi. Uswandi Putra membingkai perjalanan melalui kamera, menangkap detail yang tak pernah benar-benar bisa diceritakan oleh kata-kata saja. Di belakang, Rudi Harsono bersiaga sebagai sweeper, menjaga formasi tetap utuh di bawah naungan pepohonan yang saling bertaut.

Hutan pagi itu seperti ruang konser raksasa yang baru saja menghela napas panjang. Kanopi didominasi oleh Gondang, Badung yang tegak seperti tiang-tiang purba. Prunus javanica dengan aroma halusnya, Laksa hutan yang menyulam dinding-dinding vegetasi, hingga tanjung gunung, dampul, dan berbagai jenis Ficus yang menciptakan lorong cahaya tipis. Di lantai hutan, hamparan pakis dan resam tumbuh tanpa jeda, menggambarkan kelembapan yang stabil dan kebugaran lingkungan yang mendukung keberlangsungan banyak spesies.

Ketika tim sedang melakukan penyisiran area yang curam, pergerakan besar di atas kanopi menarik perhatian. Tujuh Elang Ular Bawean melintas bagaikan parade senyap.

Sayap mereka membuka lebar, menciptakan gelombang udara seolah terasa hingga ke tanah. Beberapa di antaranya turun dan bertengger pada dahan tinggi, mengamati hutan seperti seorang penjaga yang tengah menilai keadaan wilayahnya. Kemunculan bersama dalam jumlah sebanyak ini jarang tercatat, dan menjadi indikator kuat bahwa Gunung Besar masih menyediakan ruang hidup bagi predator puncak khas pulau kecil.

Bagi tim, peristiwa itu adalah pertanda baik. Dalam ekologi kepulauan, keberadaan predator puncak menandakan rantai makanan bekerja dengan seimbang. Jika elang masih berjaga, itu berarti mangsa masih tersedia, vegetasi masih cukup, dan hutan masih menjalankan fungsinya sebagai rumah besar kehidupan.

Selain sang penguasa langit, hutan pagi itu juga memperlihatkan keragaman aves yang mengisi celah-celah vegetasi. Tiong emas nyaring bersorak pada puncak pohon tinggi, suaranya memantul seperti gema dari dunia lain.

Pergam hijau melintas tenang dengan bulu yang memantulkan kelembutan cahaya hutan. Di semak-semak lebih rendah, Cinenen jawa bergerak lincah seperti bayang-bayang yang melompat di antara ranting muda.

Merbah belukar muncul dalam kelompok kecil, menandai kehadirannya dengan suara yang renyah. Tak jauh dari sungai kecil yang membelah hutan, Raja udang punggung merah melesat, meninggalkan garis warna seperti sapuan cat seniman.

Seluruh temuan ini memperkuat gambaran tentang Gunung Besar sebagai habitat penting yang terus memelihara keragaman hayati Bawean. Meski terpisah dari daratan utama Jawa, pulau kecil ini menyimpan kekayaan evolusioner yang unik, kombinasi antara isolasi geografis dan daya lenting ekologis.

Balai Besar KSDA Jawa Timur menegaskan kembali bahwa patroli semacam ini bukan sekadar rutinitas, melainkan benteng pertama dalam pemantauan ekosistem pulau. Setiap langkah tim Smart Patrol merupakan bagian dari upaya panjang memastikan bahwa hutan Bawean tetap menjadi ruang hidup bagi spesies-spesiesnya, terutama predator puncak seperti Elang Ular Bawean yang menjadi simbol kekuatan dan keseimbangan alam.

Gunung Besar hari itu memberi satu pesan bahwa selama langitnya masih diisi kepakan sayap para penjaga, hutan Bawean masih menyimpan harapan. (dna)

Sumber: Bidang KSDA Wilayah 2 Gresik – Balai Besar KSDA Jawa Timur