Type to search

Berita

FK3I Jatim Dukung Kegiatan Edukasi Konservasi untuk Pengurangan Risiko Bencana

Share

Dalam rangka memperingati Bulan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) yang akan jatuh pada Oktober mendatang, Sekretariat Bersama Relawan Penanggulangan Bencana (SRPB) Jawa Timur sukses menggelar Arisan Ilmu Nol Rupiah (AINR) Edisi 60. Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang pertukaran pengetahuan, tetapi juga menegaskan pentingnya kolaborasi antar lembaga dalam upaya konservasi dan mitigasi bencana. Salah satu lembaga yang turut berperan aktif adalah Forum Komunikasi Kader Konservasi Indonesia (FK3I) Jawa Timur, yang hadir sebagai mitra strategis dalam menyebarluaskan kesadaran konservasi.

Acara yang digelar di Baung Conservation Center (BCC), Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Baung, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, 9 Maret 2025, dihadiri oleh sekitar 70 relawan dari berbagai daerah yang ada di Jawa Timur. Tema yang diangkat, “Pengenalan Ekosistem dan Pentingnya Konservasi dalam Pengurangan Risiko Bencana”. Diskusi dipandu oleh Andi Iskandar Zulkarnain yang biasa di panggil Andi Gondrong, selaku pengelola kawasan TWA Gunung Baung, dan Jessica dari Tim BCC.

Aminudin, Humas FK3I Jawa Timur, yang turut hadir dalam kegiatan ini, menegaskan bahwa acara semacam ini harus terus digaungkan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang konservasi.

“Konservasi bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau lembaga tertentu, tetapi tanggung jawab kita semua. FK3I Jatim berkomitmen untuk terus mendukung kegiatan edukasi seperti ini, karena konservasi tidak mengenal batas teritori,” ujarnya.

Menurut Aminudin, FK3I Jatim telah lama bergerak dalam upaya pelestarian lingkungan dan konservasi alam. Kehadiran mereka dalam acara AINR Edisi 60 ini menjadi bukti nyata komitmen mereka untuk bersinergi dengan berbagai pihak, termasuk SRPB Jatim, dalam menyebarluaskan pentingnya konservasi sebagai bagian dari upaya pengurangan risiko bencana.

Andi Iskandar Zulkarnain, dalam paparannya, mengungkapkan tiga tantangan utama dalam konservasi: konflik penggunaan lahan, kesadaran individu, dan efektivitas kampanye.

“Konflik lahan seringkali menjadi penghambat utama dalam upaya konservasi. Selain itu, kesadaran individu, seperti pemilahan sampah, masih perlu ditingkatkan. Kampanye konservasi juga harus lebih kreatif dan menyentuh langsung ke masyarakat,” jelas Andi.

Dian Harmuningsih, perwakilan BCC, menambahkan bahwa BCC hadir sebagai pusat pendidikan konservasi nonformal yang terbuka untuk semua kalangan.

“BCC tidak hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga sebagai wadah untuk sosialisasi dan diseminasi pengetahuan tentang konservasi,” ujarnya.

Rizki Daniarto, Koordinator Bidang Humas SRPB Jatim, menyatakan bahwa kegiatan ini akan dikolaborasikan dengan aksi penanaman bibit pohon dan event lainnya dalam rangka pengurangan risiko bencana.

“Kami berharap kegiatan ini tidak berhenti di sini. Kolaborasi dengan lembaga lainnya akan terus kami lakukan untuk menciptakan dampak yang lebih besar,” ujar Rizki.

Selepas sesi diskusi, acara diakhiri dengan buka puasa bersama dan ramah tamah. Kegiatan ini didukung penuh oleh Baung Conservation Center, Baung Canyon, Sparta Corner, dan Cleo.

Kehadiran FK3I Jatim dalam kegiatan ini menjadi penanda bahwa upaya konservasi harus dilakukan secara kolaboratif dan berkelanjutan. Dengan semakin banyaknya masyarakat yang memahami pentingnya konservasi, diharapkan risiko bencana alam dapat diminimalisir, dan lingkungan yang lebih lestari dapat diwariskan kepada generasi mendatang.

Semoga kegiatan ini menjadi contoh nyata bahwa konservasi bukan hanya tentang melindungi alam, tetapi juga tentang membangun kesadaran kolektif untuk masa depan yang lebih baik.

Sumber: Cimien, Kader Konservasi Balai Besar KSDA Jawa Timur

Tags:

You Might also Like