BKSDA Pantau Buaya, Imbau Warga Jauhi Kali Porong Sidoarjo
Share

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur (BBKSDA Jatim) telah menurunkan tim untuk melakukan pengawasan terhadap kawanan buaya yang terlihat di Kali Porong, Sidoarjo.
Menurut Wiwid Widodo, Kepala Seksi III Surabaya, hingga Senin petang tim belum melaporkan hasilnya. “Saya belum bisa memastikan buaya itu dari mana. Namun ada kemungkinan-kemungkinan untuk menganalisa fenomena ini,” ujarnya, Senin (25/5/2015).
Dugaan awal, buaya itu bisa saja berasal daerah muara. Di muara pesisir Sidoarjo memang mengalami sedimentasi. Namun, bisa juga buaya itu berasal dari sungai. Hanya, dia belum bisa memastikan karena belum melihat fisik buaya itu langsung.
Dia menjelaskan, buaya adalah satwa liar. Sehari-hari, buaya memiliki kebiasaan beraktifitas, mencari makan, bermain dan berkembang biak di habitat aslinya. Bila habitatnya rusak, maka kawanan buaya ini akan mencari lokasi lain untuk beraktifitas.
Aktifitas manusia seperti penambangan pasir, suara kesaraan baik perahu maupun truk yang melintas di dekat habitat, membuat buaya-buaya ini tidak nyaman. Begitu juga kerusakan habitat seperti pendangkalan atau sedimentasi. “Buaya sangat sensitif dengan perubahan habitatnya. Kalau sungai atau muara mulai dangkal, ada pencemaran lingkungan dan aktifitas manusia yang massif, maka buaya akan cenderung mencari habitat baru,” kata Wiwid.
Kerusakan lingkungan membuat buaya kesulitan mencari makan dan berkembang biak. Maka itu, insting buaya akan mencari lokasi baru untuk mencari makanannya seperti ikan, Musang dan reptil lain serta semak untuk berkembang biak.
Wiwid meminta anggotanya mengecek sepanjang sungai yang menjadi titik kemunculan buaya. Dia ingin memastikan apakah ada semak dan rumpun bambu yang biasanya menjadi lokasi favorit buaya untuk berkembangbiak. “Nanti kami laporkan hasil dari pantauan tim. Sementara kami belum punya kesimpulan,” katanya lagi.
Dia mengimbau agar masyarakat mengurangi aktifitas di sekitar titik kemunculan buaya. Ini dilakukan agar tidak ada kontak fisik yang bisa berakibat fatal.
Sumber: surabaya.tribunnews.com