BKSDA temukan 89 ekor harimau tersebar di provinsi Jambi

Share

Jambi (ANTARA News) – Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Provinsi Jambi, Tri Siswo Raharjo, Senin (4/3) mengatakan, sejak 2004 hingga 2013, pihaknya sudah berhasil mendata 89 ekor harimau yang tersebar di provinsi tersebut.


“Data jumlah harimau yang dimiliki (BKSDA) Provinsi Jambi saat ini berjumlah 89 ekor. Jumlah tersebut tersebar di sejumlah wilayah di Provinsi Jambi,” katanya dalam keterangan tertulis kepada wartawan, di Jambi.

Menurut dia, sebanyak 43 ekor harimau diantaranya berada di kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, yang berada di wilayah Jambi dan Riau. Ini berdasarkan laporan dari Taman Nasional Bukit Tiga Puluh tahun 2008. 

Kemudian 22 ekor tertangkap camera trap di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), sepanjang tahun 2004 hingga 2010 lalu. Sementara itu di Distrik I, III, dan VI PT Wira Karya Sakti (WKS), berdasarkan pelaporan tahun 2012, tercatat ada 12 ekor harimau. sedangkan di kawasan pelestarian plasma nutfah PT WKS, berdasarkan pelaporan tahun 2012, tercatat ada 3 ekor harimau. 

Selain itu, 6 ekor harimau juga tertangkap camera trap pada tahun 2012, di kawasan PR Restorasi Ekosistem (REKI). Sementara itu berdasarkan pelaporan tahun 2013, 2 ekor harimau lainnya diketahui berada di kawasan FZS. 

“Saat ini, juga sedang dilakukan pencarian oleh BKSDA terhadap seekor harimau,” kata Tri siswo.

Dibeberkan dia, sebelum menyerang warga Sungai Landai, Kelurahan Mestong, Muaro Jambi, pada Senin (4/3), harimau tersebut berhasil diburu dan tembak oleh petugas BKSDA dengan bius.

Namun karena kondisi yang gelap, petugas tidak berhasil mengejar dan mencari jejak harimau yang tertembak itu. 

“Reaksi obat bius itu di tubuh harimau hanya 15 menit sejak ditembakkan, dalam masa itu, harimau sempat lari ke dalam hutan dan petugas kehilangan jejak sebab gelap,” katanya.

Kalaupun petugas terus mencari, namun akan membutuhkan waktu yang lama, sementara bius yang ditembakkan hanya mampu membuat harimau pingsan selama 15 menit. 

“Sebenarnya dalam standar operasi disarankan melakukan perburuan dan penembakan bius pada siang hari, namun saat itu harimau dijumpai pada malam hari, sehingga petugas segera bereaksi menembaknya,” kata dia.