Peringati Hari Cinta Puspa, Sekditjen Lepasliarkan Rusa Bawean

Share

Sekretaris Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Ir. Herry Subagiadi, M.Sc. melepasliarkan enam ekor Rusa Bawean (Axis kuhlii) di Suaka Margasatwa Pulau Bawean. Sebelumnya rusa-rusa tersebut menjalani masa habituasi hampir dua minggu di suaka margasatwa yang terletak di Desa Pudakit Timur Kecamatan Sangkapura, Pulau Bawean – Gresik.

Menurut Heri, rusa bawean merupakan jenis rusa terkecil dan bersifat unik, serta hanya satu di dunia yakni di Pulau Bawean. “Oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) rusa bawean ditetapkan sebagai spesies yang terancam punah, dan oleh pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai satwa yang dilindungi,” imbuhnya. Namun dengan status dilindungi bukan berarti tidak diperbolehkan azas pemanfaatan, tetap ada melalui mekanisme penangkaran, contohnya.

Berdasarkan inventarisasi tahun 2014, populasi rusa bawean di hutan Bawean tinggal 275 ekor, jumlah yang sangat sedikit dibanding dengan populasinya selama 20 tahun terakhir. Untuk itu perlu melakukan upaya-upaya penyelamatan, seperti penindakan yang tegas terhadap perburuan rusa bawean, jangan sampai nasibnya seperti harimau jawa yang telah punah.

Bagi Herry bangsa yang tidak mampu menyelamatkan satwa endemik dan menjadi ikon bangsanya di cap sebagai bangsa tidak bermartabat. Untuk itu ia menyampaikan kepada hadirin yang ada untuk ikut serta memberi dukungan terhadap kegiatan penyelamatan rusa bawean.

Berawal 7 ekor
Keenam ekor rusa bawean yang dilepasliarkan berasal dari penangkaran rusa bawean di Desa Pudakit Timur – Bawean dan Maharani Zoo Lamongan. Sudirman, sang pelopor penangkaran sangat bangga dengan pelepasliaran ini, menurutnya apa yang ia rintis selama ini telah memberi manfaat bagi orang lain.

Sudirman-pun berkisah bahwa semua berawal rusa bawean yang keluar hutan dan tertangkap oleh masyarakat, lalu ia berinisiatif untuk menampung rusa tersebut. Sehingga setiap ada rusa yang tertangkap masuk kampung diminta untuk diserahkan ke sudirman agar dapat dirawat.

“Dengan jumlah awal yang berjumlah tujuh ekor, empat jantan dan tiga betina, alhamdulillah saat ini telah berkembang menjadi 39 ekor,” ujarnya berapi-api.

Menurut Sudirman, ia berangkat dari tekad bukan dari materi, niatnya semata-mata untuk penyelamatan, penelitian, dan pendidikan. Karena itu tak jarang untuk membayar perawat satwa, uang penghasilannya sebagian untuk perawat tersebut.

Ia berharap lokasi penangkaran rusa dapat berkembang menjadi kawasan ekowisata dan agrowisata. Untuk itu ia meminta kepada para pemangku kepentingan dapat memberikan bimbingan agar harapannya tersebut dapat terwujud.

Satu hal yang membuat Sudirman gelisah saat ini adanya wacana yang berkembang untuk memasukkan rusa timor (Cervus timorensis) ke Bawean sebagai satwa penangkaran. Ia khawatir, jika rusa timor terlepas dan masuk hutan dapat merusak genetik asli rusa bawean. “Nanti tidak endemik lagi,” ucapnya penuh khawatir.

Pelepasliaran rusa bawean ini bertepatan dengan Hari Cinta Puspa tahun ini, 5 November 2017. Lokasi pelepasliaran sendiri berada tak jauh dari lokasi penangkaran yang berada di tepi kawasan hutan suaka margasatwa.

Turut hadir dalam acara ini, perwakilan dari LIPI, Fakultas Kedokteran Hewan – Universitas Airlangga, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, International Animal Rescue, Maharani Zoo, dan Taman Safari Indonesia. Juga dari Pembangkit Listrik Jawa Bali, Perusahan Gas Negara – Gresik, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gresik, Muspika Kecamatan Sangkapura – Bawean, dan LSM Gerbang Bawean. Serta para aktivis lingkungan hidup, kelompok pecinta alam, dan tentunya dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur.

Teks dan Foto
Agus Irwanto
agusirwanto@yahoo.com