Type to search

Berita

Tiga Serak Jawa di Plafon Rumah, Harmoni Alam yang Terselip di Mojokerto

Share

Di tengah denyut kehidupan padat Desa Kauman, Mojosari, Mojokerto, sebuah peristiwa kecil namun sarat makna kembali terjadi. Tiga ekor burung Serak Jawa (Tyto alba) ditemukan bersembunyi di plafon rumah warga. Bagi sebagian orang, keberadaan satwa malam itu bisa jadi hanya dianggap gangguan. Namun bagi alam, ketiganya adalah bagian dari keseimbangan yang lebih besar, pengendali alami hama tikus di persawahan yang menopang kehidupan manusia.

Burung-burung itu ditemukan pada Minggu pagi oleh Dio Mahendra, warga setempat, sekitar pukul 08.00 WIB. Tidak sendirian, ia bersama keluarga merasakan ketidaknyamanan karena suara dan keberadaan satwa di plafon rumah. Atas kesadaran sendiri, melalui Sarwendah Yuni A., yang melaporkan kejadian ini kepada tim Matawali RKW 09 Mojokerto. Akhirnya pada Minggu malam Tim segera turun dan mengevakuasi ketiga satwa tersebut.

Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa ketiga burung tersebut masih anakan. Kondisi ini membuatnya belum siap untuk kembali ke alam liar. Tim Matawali RKW 09 Mojokerto, memutuskan untuk membawa satwa ke Wildlife Rescue Unit (WRU) BBKSDA Jatim di Sidoarjo. Di sana, mereka akan menjalani perawatan, rehabilitasi, dan pemulihan perilaku agar suatu hari dapat kembali dilepasliarkan.

Meskipun status Serak Jawa tidak termasuk satwa dilindungi dan hanya tercatat dalam Appendiks II CITES, peran ekologisnya sebagai pemangsa alami tikus membuat keberadaannya tak ternilai.

Kepada pemilik rumah, tim memberikan arahan penting, pasang genteng kaca atau buat rubuha (rumah burung hantu) di sekitar sawah. Dengan cara ini, Serak Jawa tetap dapat kembali dan bersarang, namun tidak lagi mengganggu kenyamanan rumah tinggal.

Lebih jauh, masyarakat diedukasi tentang pentingnya burung ini. “Serak Jawa adalah sahabat petani. Ia memburu tikus-tikus yang merusak padi, mengurangi kerugian tanpa pestisida, dan menjaga ekosistem tetap seimbang,” jelas Ferdinan Sabastian – Penyuluh Kehutanan BBKSDA Jatim

Upaya mitigasi sederhana ini diharapkan mampu menumbuhkan harmoni, manusia tetap nyaman, satwa tetap lestari, dan alam tetap terjaga.

Kisah tiga Serak Jawa di Mojokerto ini mungkin terlihat sepele. Namun sejatinya, inilah gambaran hubungan rapuh antara manusia dan satwa liar. Setiap penemuan, setiap penyelamatan, dan setiap edukasi adalah bagian dari mozaik besar menjaga keseimbangan alam.

BBKSDA Jawa Timur melalui tim Matawali RKW 09 Mojokerto kembali menegaskan, konservasi bukan sekadar melindungi satwa di hutan belantara, tetapi juga merawat harmoni di sekitar rumah kita sendiri. (dna)

Sumber: Bidang KSDA Wilayah 2 Gresik – Balai Besar KSDA Jawa Timur

Tags:

You Might also Like