Type to search

Berita

Tiga Primata di Ambang Batas Bojonegoro

Share

Sebuah kandang besi di sudut kantor Seksi KSDA Wilayah II Bojonegoro tampak bergoyang. Di dalamnya, seekor monyet jantan dewasa menghentak lantai, menggertakkan gigi, matanya menyorot tajam. Dua ekor lainnya, satu remaja dan satu dewasa berukuran besar, memeluk sisi jeruji dengan gelisah. Ketiganya baru saja dievakuasi dari perkampungan padat di Kabupaten Bojonegoro.

Mereka tiba pada 29 Juli 2025, setelah laporan masyarakat mengenai kehadiran satwa liar yang dianggap membahayakan. Di Desa Pilang, seekor monyet terlihat berkeliaran di atap rumah. Di Desa Padang Mentoyo, dua lainnya turun ke jalan, mendekati permukiman. Reaksi warga spontan, panik, resah, lalu memanggil tim penyelamat.

Evakuasi berlangsung cepat. Ketiga primata itu dipindahkan dalam kondisi hidup, namun menunjukkan tanda-tanda stres dan agresi. Tidak ada luka serius, tapi respons liar mereka menjadi petunjuk tentang tekanan psikologis akibat perubahan lingkungan yang drastis.

Garis Samar Antara Rimba dan Permukiman
Macaca fascicularis, monyet ekor panjang, selama ini dikenal mampu bertahan di berbagai lanskap. Namun ketika hutan tak lagi utuh dan sumber pangan makin terbatas, mereka turun ke ladang, sawah, bahkan halaman rumah. Di banyak wilayah, primata ini dianggap gangguan. Di sisi lain, kehadiran mereka adalah gejala krisis ekologis yang lebih dalam.

Bojonegoro bukan kasus tunggal. Kawasan-kawasan penyangga hutan makin tertekan oleh ekspansi ruang manusia. Fragmentasi habitat, pembukaan lahan, dan minimnya koridor satwa menyebabkan migrasi satwa liar ke wilayah penduduk. Interaksi negatif pun tak terhindarkan.

Monyet-monyet dari Bojonegoro kini menghuni kandang transit, tempat sementara sebelum dipindahkan ke lokasi yang lebih layak. Mereka diberi pakan teratur, diawasi secara berkala, dan dijauhkan dari kontak langsung dengan manusia. Meski demikian, proses pelepasliaran bukan hanya perkara fisik yang pulih, tapi juga kesiapan lingkungan untuk kembali menerima mereka.

Ketiga monyet itu hanyalah sebagian kecil dari populasi liar yang kehilangan arah. Di balik jeruji besi, mereka menunggu putusan: dilepaskan ke alam atau kembali tersesat di batas kampung. Di luar pagar, bentang alam yang dulu menjadi rumah mereka terus menyempit. (dna)

Sumber: Bidang KSDA Wilayah 1 Madiun – Balai Besar KSDA Jawa Timur

Tags:

You Might also Like