Type to search

Berita

SECSM 2025: Implementasi MATAWALI dan Penanganan Satwa Liar di Jawa Timur

Share

Di bawah terik siang yang menembus sela atap pelabuhan, aroma laut dan suara mesin kargo berpadu dengan langkah-langkah tegas para peserta School of Environmental Conservation and Environment Service Management (SECESM) 2025 yang menelusuri jalur pemeriksaan logistik. Mereka bukan sekadar pengamat, tetapi pembelajar konservasi yang sedang menyaksikan langsung denyut konservasi dalam ruang yang jarang terlihat, bandara, pelabuhan, dan kandang transit satwa, 6-8 Oktober 2025.

Kegiatan Praktik Implementasi MATAWALI (Penyelamatan Satwa Liar) di Jawa Timur yang dilaksanakan oleh BBKSDA Jatim menjadi bagian penting dalam rangkaian pembelajaran SECESM 2025. Selama tiga hari, peserta mempelajari sistem penyelamatan, perawatan, hingga pengawasan peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar (TSL) di wilayah strategis Provinsi Jawa Timur.

Dari Penyelamatan hingga Penegakan Hukum
Kegiatan diawali di Unit Wildlife Rescue Unit (WRU) BBKSDA Jawa Timur di Sidoarjo, tempat berbagai satwa hasil sitaan, penyerahan masyarakat, dan penegakan hukum mendapatkan perawatan dan rehabilitasi. WRU saat ini menampung lebih dari 4.700 individu satwa yang berasal dari berbagai jenis, primata (84 ekor), mamalia (57 ekor), reptil (430 ekor), aves (3.914 ekor), serta sejumlah jenis satwa lain yang diselamatkan dari jalur perdagangan ilegal.

Sebagian besar satwa yang masuk ke Jawa Timur berasal dari Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan Maluku, lalu didistribusikan ke wilayah Jawa, Bali, dan Batam. Untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan satwa, setiap individu yang tiba di WRU menjalani pemeriksaan kesehatan awal, penilaian perilaku, serta rehabilitasi sebelum dikembalikan ke habitat alaminya. Langkah ini dilakukan dengan memperhatikan aspek biosafety, biosecurity, dan kesejahteraan satwa (animal welfare).

Selain penanganan teknis, tantangan lapangan juga mencakup keterbatasan fasilitas karantina, kebutuhan peningkatan keahlian perawat satwa, serta dukungan anggaran operasional. Meski demikian, semangat tim WRU tetap teguh dalam memastikan setiap satwa yang datang memiliki kesempatan untuk kembali hidup di alam.

Kolaborasi Multipihak di Garis Depan
Kepala Balai Besar KSDA Jawa Timur, Nur Patria Kurniawan, S.Hut., M.Sc., menyampaikan bahwa keberhasilan konservasi di Jawa Timur tidak bisa dilepaskan dari kerja sama lintas sektor yang solid.

“Penanganan satwa liar, khususnya hasil sitaan dan penyerahan masyarakat, memerlukan sistem kerja terpadu. Kami terus membangun kolaborasi multipihak bersama TNI, Polri, Bea Cukai, Karantina, AVSEC, Angkasa Pura, dan Syahbandar Pelabuhan Tanjung Perak. Melalui sinergi ini, upaya pencegahan dan penegakan hukum terhadap perdagangan ilegal tumbuhan dan satwa liar dapat berjalan lebih efektif,” ungkap Nur Patria Kurniawan, Kepala Balai Besar KSDA Jawa Timur.

Selain pengawasan di Bandara Juanda dan Pelabuhan Tanjung Perak, BBKSDA Jawa Timur juga secara rutin melakukan patroli pencegahan, pemeriksaan lapangan, serta sosialisasi kepada masyarakat dan stakeholder terkait regulasi peredaran TSL. Kegiatan konferensi pers secara berkala turut dilakukan untuk memberikan edukasi publik dan memperkuat keterbukaan informasi dalam setiap proses penegakan hukum.

Dari Kandang Transit Menuju Alam Bebas
Setiap satwa yang diselamatkan tidak langsung dilepasliarkan. Petugas melakukan pemeriksaan medis lengkap, termasuk analisis darah, feses, dan perilaku satwa, untuk menentukan kelayakan pelepasliaran. Satwa yang dinyatakan sehat dan menunjukkan perilaku alami akan dilepasliarkan kembali ke habitat alaminya, sedangkan yang masih memerlukan perawatan ditempatkan dalam program rehabilitasi lanjutan atau dititipkan ke lembaga konservasi.

“Pelepasliaran satwa hasil sitaan harus melalui tahapan ketat agar tidak menimbulkan risiko ekologis, seperti penyebaran penyakit atau gangguan pada populasi liar di alam,” jelas tim medis WRU BBKSDA Jatim.

BBKSDA Jawa Timur juga menegaskan pentingnya digitalisasi basis data satwa hasil penegakan hukum, guna meningkatkan transparansi dan mempercepat proses pengambilan keputusan terkait translokasi, rehabilitasi, dan pelepasliaran.

Harapan untuk Generasi Konservasi
Bagi para peserta SECESM 2025, pengalaman di lapangan bukan sekadar pembelajaran teknis, melainkan kesempatan untuk memahami kompleksitas konservasi di era modern. Mereka melihat bahwa menjaga satwa liar bukan hanya tentang habitat hutan, tetapi juga tentang rantai logistik, tata kelola hukum, dan komitmen moral dalam memastikan bahwa setiap makhluk hidup memiliki hak untuk selamat.

Kegiatan ini menegaskan pesan penting dari BBKSDA Jawa Timur, bahwa konservasi adalah kerja nyata yang berdiri di atas kolaborasi, data, dan dedikasi, dari petugas lapangan hingga pemimpin lembaga, dari bandara hingga pelabuhan, dari kandang transit hingga kembali ke alam. Kegiatan ini juga membuka wawasan bahwa konservasi tidak hanya tentang menjaga satwa liar di habitatnya, tetapi juga tentang memastikan bahwa jalur peredarannya tetap aman, terpantau, dan sesuai peraturan.

Dengan kegiatan SECESM 2025, Praktik Implementasi MATAWALI di Jawa Timur, diharapkan muncul generasi profesional konservasi yang tidak hanya memahami aspek teknis, tetapi juga memiliki kepekaan terhadap pentingnya kolaborasi antarinstansi dalam melindungi kekayaan hayati Indonesia. (dna)

Sumber: Bidang Teknis BBKSDA Jatim – Balai Besar KSDA Jawa Timur

Tags:

You Might also Like