Type to search

Artikel

Sayap-Sayap Endemik Pulau Bawean yang Terkuak di Balik Hutan Kumalasa

Share

Di hutan Kumalasa, ketika cahaya matahari menembus kanopi pepohonan tropis yang lembap, sekilas bayangan warna-warni menari di udara. Bukan burung, bukan bunga, melainkan barisan kupu-kupu, penari angin dari dunia kecil yang nyaris tak tersentuh. Di sinilah, dalam hening dan kelembapan Suaka Margasatwa Pulau Bawean, sayap-sayap mungil dari spesies endemik menyingkap kisah panjang ekologi yang masih bertahan.

Selama SMART Patrol yang berlangsung sejak 19 hingga 25 Juni 2025, tim Seksi KSDA Wilayah III Surabaya bersama MMP Bawean Lestari menjejak rute tua dan merintis jalur baru demi memastikan tegaknya keheningan konservasi. Namun di balik catatan teknis itu, satu penemuan menjadi cahaya, pencatatan detail terhadap 33 jenis kupu-kupu, termasuk 9 jenis endemik Pulau Bawean, yang belum tentu muncul kembali dalam satu waktu di tempat lain.

Di antara mereka adalah Troides helena nereides, kupu-kupu hitam keemasan yang anggun meluncur di antara liana dan anggrek liar, serta Polyura hebe baweanica, sang raja kecil bermahkota biru logam yang setia mendiami semak-semak perbatasan hutan. Mereka bukan sekadar serangga, mereka adalah indeks ekologi, penjaga hening dari sistem yang rapuh, namun berdaya tahan tinggi.

Setiap penemuan tidak hanya direkam secara visual, namun juga dicatat secara presisi: koordinat GPS, data morfologis, hingga latar habitat. Keberadaan kupu-kupu endemik ini menjadi indikator vital kestabilan ekosistem pulau kecil di Laut Jawa, sekaligus pengingat bahwa Bawean bukan sekadar rumah bagi rusa dan babi kutil, tapi juga kerajaan senyap bagi makhluk bersayap yang rentan dilupakan.

Menariknya, beberapa spesies yang teramati seperti Graphium agamemnon baweanum dan Elymnias nesaea baweana menunjukkan pola terbang aktif saat pagi awal, sebelum suhu dan kelembapan meningkat. Temuan ini memperkuat pentingnya waktu patroli dan pendekatan yang tidak hanya berfokus pada mamalia besar atau tanda gangguan manusia, tetapi juga kehidupan kecil yang menjadi dasar piramida ekosistem.

Bawean adalah simfoni kehidupan, dan kupu-kupu adalah nada-nada tinggi yang menyulamnya menjadi utuh. Dari Danaus genutia hingga Euploea mulciber, setiap nama dalam daftar itu bukan sekadar baris ilmiah, melainkan puisi yang ditulis tanpa tinta, yang hidup dan sayapnya menari di antara daun dan cahaya. (dna)

Sumber: Bidang KSDA Wilayah 2 Gresik – Balai Besar KSDA Jawa Timur

Tags:

You Might also Like