Type to search

Berita

Satwa Liar, Pandemi, dan Konsep One Health: Upaya Bersama Mencegah Risiko Zoonosis di Jawa Timur

Share

Di tengah meningkatnya ancaman penyakit yang bersumber dari hewan liar, lebih dari seratus peserta berkumpul di Aula Tandjung Adiwinta, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga – Surabaya, 20 Februari 2025. Mereka menghadiri talk show bertajuk “Satwa Liar, Pandemi, dan One Health” dengan subtema “Sinergi untuk Pencegahan Risiko Zoonosis di Jawa Timur”. Kegiatan ini menjadi ajang pertemuan penting antara akademisi, praktisi konservasi, mahasiswa, dan masyarakat umum dalam menghadapi tantangan kesehatan yang semakin kompleks.

Diselenggarakan oleh ADPRC OHCC Universitas Airlangga dengan dukungan narasumber dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur (BBKSDA Jatim) bersama mitra internasional seperti FAO Indonesia, acara ini mengupas tuntas akan pentingnya pendekatan One Health, sebuah konsep yang menekankan keterkaitan erat antara kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan.

“Pengelolaan satwa liar bukan hanya soal konservasi, tetapi juga langkah preventif terhadap potensi penyebaran penyakit zoonosis,” tegas Dr. Ichwan Muslih, Kepala Bidang KSDA Wilayah II Gresik BBKSDA Jatim.

Dalam paparannya, beliau menjelaskan bagaimana degradasi habitat dan perdagangan satwa liar ilegal dapat meningkatkan risiko penularan penyakit dari satwa liar ke manusia. BBKSDA Jatim saat ini aktif melakukan penyelamatan satwa dan edukasi publik untuk menekan risiko ini.

Sementara itu, Drh. Farida Camallia Zenal dari FAO Indonesia menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektor. Ia juga memaparkan berbagai program penguatan sistem kesehatan hewan dan manusia yang telah dijalankan di Indonesia.

“Penerapan One Health harus melibatkan semua pihak: pemerintah, akademisi, organisasi internasional, dan masyarakat. Sinergi ini krusial untuk membangun sistem deteksi dini dan respons cepat terhadap potensi wabah,” ujarnya.

Dari sisi akademisi, Prof. Dr. Fedik Abdul Rantam menyoroti perkembangan riset vaksin untuk zoonosis yang melibatkan satwa liar.

“Akademisi memiliki peran penting dalam menyediakan data ilmiah yang akurat untuk mendukung kebijakan pencegahan dan penanggulangan zoonosis. Riset vaksin menjadi salah satu fokus kami untuk mengurangi dampak penularan,” ungkapnya.

Diskusi berlangsung dinamis dengan banyak pertanyaan dari peserta mengenai tantangan di lapangan, terutama dalam pengelolaan habitat satwa liar dan upaya mitigasi risiko zoonosis di kawasan konservasi. Selain memperkuat kesadaran peserta, acara ini juga menghasilkan kesepakatan untuk mempererat jejaring kerja antara BBKSDA Jatim, universitas, dan organisasi internasional.

Di akhir sesi, semua pihak sepakat bahwa pencegahan zoonosis bukanlah tugas satu sektor saja. Dibutuhkan kesadaran kolektif dan aksi nyata untuk menjaga keseimbangan ekosistem, melindungi satwa liar, dan pada akhirnya, melindungi manusia dari potensi pandemi yang dapat muncul dari alam yang terganggu.

Acara ini diharapkan menjadi langkah awal kolaborasi berkelanjutan dalam upaya konservasi dan pencegahan zoonosis di Jawa Timur, memperkuat ketahanan kesehatan masyarakat sekaligus menjaga kelestarian keanekaragaman hayati.

Sumber : Fajar Dwi Nur Aji, Pengendali Ekosistem Hutan Muda pada Balai Besar KSDA Jawa Timur

Tags: