Road To HKAN 2025 Dengan Membumikan Konservasi Melalui Tenda-Tenda, Menyatukan KPA se-Madura
Share

Di sebuah sudut pesisir yang bersetia dengan bisikan angin laut dan semilir aroma mangrove, tenda-tenda berwarna-warni berdiri tegak membentuk lingkaran harapan. Pada tanggal 16–17 Juli 2025, sebanyak 45 pemuda dari delapan organisasi pecinta alam (KPA) se-Madura berkumpul dalam satu semangat, konservasi tanpa batas. Kemah Konservasi Jilid 3 digelar sebagai bentuk pembinaan berkelanjutan oleh Balai Besar KSDA Jawa Timur, bersama Cabang Dinas Kehutanan Sumenep, dan Mapala STAIN Madura (MASTAPALA).
Dalam rangkaian kegiatan yang dirancang bukan hanya untuk menyampaikan ilmu, tapi juga menyulut kesadaran, peserta mendapatkan pembekalan materi dari narasumber lintas institusi. Andi Desta, Polisi Kehutanan SKW IV membuka wawasan peserta dengan Dasar-Dasar Konservasi KSDAE.
Disusul pemaparan mengenai Konservasi Mangrove dan Ekosistem Laut oleh Endang, dosen UNIRA dan penggiat FK3I, serta pengetahuan Kehutanan Umum oleh Katri Atmojo dari CDK Sumenep. Sumpena, Kepala Seksi KSDA Wilayah IV, turut menyampaikan pentingnya pembinaan KPA dan filosofi di balik kemah konservasi yang telah menjadi tradisi sejak tiga tahun terakhir.
Namun, tidak hanya berhenti di ruang diskusi, para peserta juga terjun langsung ke lapangan, mulai dari latihan penanganan satwa liar konflik bersama Dinas Pemadam Kebakaran Pamekasan dan BBKSDA Jatim, hingga aksi bersih-bersih pantai sebagai bentuk nyata cinta lingkungan.
Dalam suasana malam yang hening ditemani nyala api unggun, pesan terpatri dari para pemateri, menggema kuat, menyentuh relung para peserta.
“Kemah konservasi bukan hanya wadah edukasi, tapi juga bisa menjadi wadah pendidikan olah jiwa. Di sinilah para calon penjaga alam ditempa dengan semangat kolaborasi, cinta tanah air, dan aksi nyata. Balai Besar KSDA Jawa Timur berkomitmen mendampingi tumbuhnya generasi konservasi yang tangguh dan berintegritas.” tegas Nur Patria Kurniawan, S.Hut., M.Sc., Kepala Balai Besar KSDA Jawa Timur di tempat terpisah.
Meskipun tidak hadir langsung di lapangan, beliau senantiasa mendukung setiap upaya pelibatan generasi muda dalam konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Kehadiran delapan mapala—Mayapada, Mallabar, Greenzone, Mahapala, Mastapala, Mapala Darul Ulum, Mapala Poltera, dan Ghubatras, membuktikan bahwa konservasi bukan monopoli satu disiplin ilmu. Mereka datang dari berbagai latar belakang, namun melebur dalam satu cita, membumikan konservasi menjaga bumi tetap lestari.
Kegiatan ini juga menjadi bagian dari Road to Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2025, membuktikan bahwa perubahan bisa dimulai dari tenda-tenda kecil, selama di dalamnya menyala semangat besar. Sebagai bentuk keberlanjutan, pada tahun 2026 nanti, Kemah Konservasi Jilid 4 direncanakan akan digelar di Laboratorium Alam Bangkalan, membuka ruang baru bagi regenerasi hijau yang terus tumbuh dari Madura untuk Indonesia. (dna)
Sumber: Bidang KSDA Wilayah 2 Gresik – Balai Besar KSDA Jawa Timur