Rafflesia “kembar siam” di rimba Bengkulu
Share
Bengkulu (ANTARA News) – Hujan lebat disertai petir tidak menyurutkan niat sejumlah pengunjung yang ingin memuaskan “dahaga” akan keunikan bunga terbesar di dunia Rafflesia arnoldii, yang mekar di rimba Bengkulu, Sabtu.
Dua bunga rafflesia bak “kembar siam” mekar sempurna di kawasan Cagar Alam Taba Penanjung-lah yang menarik minat sejumlah warga untuk menuruni tebing curam, menjangkau lokasi si merah jingga itu tumbuh dan mekar. “Ini kejadian langka, kami juga baru kali ini menemukan bunga ini mekar berdempetan, seperti kembar siam, ukurannya juga sama,” kata Aswandi, warga yang menemukan dan menjaga puspa langka itu di lokasi bunga mekar, Sabtu.
Lokasi bunga mekar cukup mudah diketahui sebab Aswandi dan sekelompok masyarakat Desa Taba Teret Kecamatan Taba Penanjung Kabupaten Bengkulu Tengah memasang sejumlah tanda di pinggir jalan lintas Bengkulu-Kepahiang itu. Tiga spanduk besar sumbangan Komunitas Peduli Puspa Langka Bengkulu bertuliskan “rafflesia mekar” dipasang di pinggir jalan sehingga pengunjung yang ingin menikmati keunikan bunga itu dapat mengetahui ada rafflesia mekar.
Menurut Aswandi, dua bunga yang mekar sempurna itu sebenarnya tidak mekar bersamaan, tapi berjarak sekitar dua hari. “Awalnya bunga sebelah kanan yang terlebih dahulu mekar pada Selasa (16/10), lalu bunga kedua yang ada di sebelahnya juga mekar. Karena ukuran diameter sama, sekitar 80 centimeter sehingga seperti kembar siam,” katanya.
Lokasi bunga mekar yang hanya berjarak 20 meter dari pinggir jalan raya sebenarnya cukup memudahkan pengunjung untuk melihat bunga itu. Namun, hujan lebat yang mengguyur kawasan Bukit Barisan, termasuk Cagar Alam Taba Penanjung yang berdampingan dengan Hutan Lindung Bukit Daun menjadi tantangan tersendiri untuk mencapai bunga itu.
“Mekarnya di tebing hutan jadi meskipun dekat tapi curam dan jalannya licin, cukup menantang,” kata Supin, warga Kota Bengkulu yang mengaku baru pertama melihat bunga rafflesia di habitatnya. Selain menyaksikan langsung, kesempatan langka itu dimanfaatkan sejumlah pengunjung untuk mendokumentasikan bunga. Foto diri bersama dua bunga rafflesia menjadi aktivitas utama tiap pengunjung.
Kamera saku dan ponsel menjadi andalan untuk mengabadikan bunga yang menjadi ikon Bengkulu dengan sebutan Bumi Rafflesia. “Hati-hati terpeleset, kasihan kameranya basah, nanti rusak,” kata Aswandi saat mengawasi pengunjung. Menggunakan pelindung dari plastik, ia mengawasi aktivitas tiap pengunjung untuk memastikan bunga itu tidak disentuh saat didokumentasikan.
Pria paruh baya itu secara sukarela menjaga bunga itu dengan mendirikan tenda seadanya di pinggir jalan. Menurut dia, bunga itu sangat sensitif sehingga sentuhan dari pengunjung yang penasaran dapat mempercepat kebusukan. “Kalau tidak disentuh atau dipegang-pegang bisa bertahan mekar selama satu minggu,” ujarnya.
25 rafflesia
Kawasan hutan cagar alam Taba Penanjung dan Hutan Lindung Bukit Daun di lintasan Jalan Raya Kota Bengkulu-Kepahiang merupakan habitat bunga rafflesia. Koordinator Komunitas Peduli Puspa Langka (KPPL) Bengkulu Sofian Ramadan mengatakan, sejak Januari hingga Oktober 2012 tercatat 25 bunga rafflesia mekar di hutan Bengkulu.
“Terbanyak di dua lokasi hutan ini yakni cagar alam Taba Penanjung dan Hutan Lindung Bukit Daun,” katanya. Ia mengatakan empat jenis rafflesia ditemukan tumbuh di hutan Bengkulu yakni Rafflesia arnoldii, Rafflesia gadutensis, Rafflesia hasselti dan Rafflesia bengkuluensis.
Dari empat jenis tersebut, jenis arnoldii yang juga bunga dengan ukuran terbesar di antara seluruh jenis rafflesia yang paling sering ditemukan mekar di hutan Bengkulu. Sepekan sebelumnya, dua bunga rafflesia juga ditemukan oleh kelompok masyarakat di kawasan cagar alam Taba Penanjung dan Hutan Lindung Bukit Daun.
“Dua bunga itu juga mekar bersamaan, tapi di dua lokasi berbeda, ditemukan kelompok masyarakat yang rutin mengawasi bunga langka di dalam kawasan hutan Bengkulu,” katanya. Bunga rafflesia di Hutan Lindung Bukit Daun, tepatnya berbatasan dengan Desa Tebat Monok Kabupaten Kepahiang ditemukan mekar oleh kelompok masyarakat peduli puspa langka Tebat Monok.
Koordinator Kelompok Peduli Puspa Langka Tebat Monok, Holidin dan saudaranya rutin mendirikan pos penjagaan setiap ditemukan bunga mekar di kawasan hutan yang merupakan lintas Bengkulu-Sumatra Selatan. “Kami khawatir ada oknum tidak bertanggung jawab yang merusak bunga, jadi selalu ada penjagaan di pos,” katanya.
Kelompok masyarakat tersebut secara sukarela mengawasi bunga langka itu dan hanya menerima sumbangan sukarela dari pengunjung. Bukan karena materi, tapi pencurian dan perusakan terhadap bunga rafflesia yang menjadi alasan utama mereka untuk melakukan penjagaan.
Puspa ini adalah bunga kebanggaan Bengkulu, dan karena itu pulalah provinsi yang dulunya merupakan bagian dari Sumsel ini dijuluki dengan “Bumi Raflesia”, katanya.
Sumber : http://www.antaranews.com