Type to search

Berita

Penguatan Perencanaan KEHATI Jawa Timur, Menyatukan Sains, Kebijakan, dan Masa Depan Ekologi Provinsi dengan Biodiversitas Tertinggi di Pulau Jawa

Share

Hotel Morazen di Jalan Kayoon, Surabaya, berubah menjadi ruang percakapan besar tentang masa depan ekologi Jawa Timur (11/11/2025). Ruang pertemuan itu memancarkan suasana yang tidak sekadar rapat formal. Ia terasa seperti panggung tempat para ilmuwan, pengambil kebijakan, akademisi, dan pengelola lapangan berkumpul untuk menavigasi ulang arah perlindungan keanekaragaman hayati di provinsi yang menyimpan tipe ekosistem yang kompleks ini.

Kegiatan bertajuk Workshop Penguatan Perencanaan Pembangunan Daerah melalui Penyusunan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Provinsi Jawa Timur dibuka dengan sesi Setting the Context oleh Direktur Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas. Melalui paparan tersebut, peserta diajak kembali melihat peta besar IBSAP 2025–2045, arah pembangunan nasional, serta bagaimana Jawa Timur, dengan keragaman lanskapnya, memegang peran penting sebagai barisan depan konservasi di Pulau Jawa.

Dari sesi itu, tampak jelas bahwa urgensi pengelolaan KEHATI tidak lagi bisa dipandang sebagai pelengkap pembangunan, melainkan sebagai fondasi yang menentukan ketahanan ekologis jangka panjang.

Sesi berikutnya menghadirkan paparan berjudul Tata Kelola Pengelolaan Keanekaragaman Hayati di Daerah melalui Profil Keanekaragaman Hayati dan Rencana Induk Pengelolaan Keanekaragaman Hayati oleh perwakilan Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati, Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup. Penjelasan tersebut menguraikan bagaimana sebuah rencana induk tidak mungkin kokoh tanpa data yang tajam, kolaborasi yang konsisten, serta pemahaman mendalam terhadap dinamika spesies dan ekosistem di tingkat tapak.

Pandangan-pandangan penting kemudian mencuat dari sesi penanggap. Dinas Lingkungan Hidup Jawa Timur menyoroti pentingnya integrasi KEHATI dalam dokumen perencanaan daerah. Dinas Kelautan dan Perikanan memberi catatan mengenai pentingnya memperkuat perlindungan kawasan pesisir dan sumber daya laut. Akademisi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur menyoroti pengembanngan kawasan Taman Kehati sebagai sarana riset bioekologi dan restorasi habitat pada kawasan. Burung Indonesia, melalui pengalamannya di berbagai lanskap Nusantara, menegaskan bahwa keberhasilan konservasi membutuhkan kelas kebijakan yang lintas sektor.

Sementara itu, Nur Patria Kurniawan – Kepala Balai Besar KSDA Jawa Timur menggarisbawahi tugas paling mendesak, menyempurnakan Profil Keanekaragaman Hayati Jatim dengan memperjelas adanya Areal Preservasi sebagai ruang ekologis yang tidak dapat dinegosiasikan, serta memperkuat Satu Data KEHATI sebagai dasar pengambilan keputusan.

“Keanekaragaman hayati Jawa Timur adalah fondasi masa depan kita. Ia memberi air, udara, pangan, budaya, dan stabilitas ekologis. Karena itu, kami menegaskan bahwa konservasi bukan sekadar administrasi, melainkan gerakan nyata yang harus hadir dalam setiap kebijakan pembangunan daerah. Melalui forum ini, kami berharap penyusunan Rencana Induk KEHATI Jatim diperkuat dengan sains terbaik, kolaborasi multipihak, dan keberanian untuk melindungi yang tersisa,” tegasnya.

Di tengah diskusi ini, muncul pula satu masukan penting dari Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga. Mereka mengingatkan bahwa Dokumen Rencana Induk Pengelolaan KEHATI tidak boleh hanya melihat ke hutan dan fauna darat, dan lautm namun juga wajib memasukkan kondisi spesies ikan air tawar yang kini berada dalam tekanan tinggi akibat degradasi sungai, sedimentasi, polusi, dan fragmentasi aliran air.

Banyak spesies endemik yang hidup di celah-celah sungai, yang kini berada dalam risiko hilang secara perlahan tanpa pernah tercatat secara memadai. Masukan ini memperkaya cakrawala forum bahwa KEHATI Jawa Timur tidak hanya menyangkut satwa karismatik, tetapi juga spesies kecil yang memegang peran besar dalam keseimbangan ekosistem perairan darat.

Diskusi berjalan lembut namun dalam, menggambarkan betapa banyak lapisan yang harus dijaga di Jawa Timur. Dari tutupan hutan hingga dasar sungai, dari pesisir yang dipenuhi karbon biru hingga pulau-pulau kecil yang menjadi laboratorium bioprospeksi. Suasana forum terasa seperti menyelami anatomi sebuah provinsi yang hidup, bergerak, dan sekaligus rapuh.

Dari rangkaian dialog itu, harapan untuk memperkuat Rencana Induk KEHATI semakin nyata. Dokumen tersebut diharapkan tidak hanya menjadi peta dua dekade ke depan, tetapi juga penuntun dalam merestorasi lanskap, memulihkan spesies, dan membangun ekonomi hijau-biru yang tetap memuliakan alam.

Ketika forum ditutup, tidak ada perasaan bahwa sebuah pekerjaan telah selesai. Yang muncul justru kesadaran bahwa langkah selanjutnya jauh lebih besar. Merawat seluruh kehidupan yang bernaung di Jawa Timur. Dari gerak ikan kecil di sungai pegunungan hingga kepakan Merak Hijau yang mewarnai budaya, dari bisik mangrove pesisir hingga napas hutan kering di musim kemarau.

Jawa Timur menyimpan masa depan yang harus dijaga dengan sains, kebijakan, dan keberanian. Dan forum ini menjadi satu batu loncatan penting untuk memastikan semua itu berjalan seiring menuju pembangunan yang benar-benar berpihak pada kehidupan. (dna)

Sumber: Balai Besar KSDA Jawa Timur

Tags:

You Might also Like