Pencarian Jejak Macan Tutul Jawa Di Ijen-Raung, 3 Kamera Trap Raib!
Share

Banyuwangi, 1 Juli 2025. Dalam upaya merekam kehidupan liar Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) yang tersembunyi di bentang alam Ijen-Raung, tim Java-Wide Leopard Survey (JWLS) harus menanggung kenyataan pahit. Tiga unit kamera trap, alat bukti utama raib tak bersisa, dan dua lainnya ditemukan rusak parah, diduga kuat akibat tindakan manusia tak bertanggung jawab.
Ekspedisi ini berlangsung dari 9 hingga 21 Februari 2025 yang lalu, membawa semangat konservasi ke jantung hutan utara Blok 1 Ijen-Raung. Sebanyak 75 kamera tersebar di 40 stasiun pemantauan, namun tidak semua kembali utuh. Dua stasiun pemasangan menjadi titik kehilangan tiga unit kamera trap, sementara satu stasiun menyisakan dua kerangka perangkat yang tak lagi berfungsi. Hilangnya alat-alat vital ini bukan hanya kerugian materiil, namun juga kehilangan data berharga tentang ekosistem yang terus terancam.
Padahal dari 37 stasiun yang berhasil diamankan, temuan tak ternilai berhasil diperoleh. Jejak cakaran, feses, hingga bekas kaisan sang Macan Tutul Jawa, serta keberadaan satwa mangsa seperti Kijang, Babi Hutan, dan Lutung Jawa. Setidaknya 14 tanda kehadiran predator langka ini terdeteksi, memberi harapan tentang keberlangsungan spesies yang nyaris lenyap dari peta distribusi hidupan liar Pulau Jawa.
Namun kerugian materiil tidak bisa dipandang sebelah mata. Kamera trap bukan sekadar alat pengintai, mereka adalah mata hutan, bukti tak terbantahkan di tengah sulitnya mengamati satwa yang mahir berkamuflase dengan habitatnya. Tindakan tersebut, bukan sangat merugikan terhadap upaya-upaya konservasi yang tengah diperjuangkan.
“Kami kehilangan lebih dari sekadar alat. Kami kehilangan waktu, data, dan potensi penyelamatan bagi spesies kritis,” tegas Ummi Farikhah, Koordinator JWLS Region Timur.
Peristiwa ini menjadi teguran keras, bahwa di tengah semangat menjaga rimba, masih ada tantangan dari sesama manusia. Kini lebih dari sebelumnya, perlindungan konservasi tak hanya soal hutan dan satwa, tapi juga soal bagaimana menjaga etika, integritas, dan tanggung jawab sosial di tengah upaya ilmiah dan konservasi alam.
Nur Patria Kurniawan, S.Hut., M.Sc., Kepala Balai Besar KSDA Jawa Timur, menyampaikan keprihatinannya yang mendalam atas insiden tersebut.
“Kami sangat menyayangkan masih adanya segelintir pihak yang tega merusak atau mengambil properti penelitian yang seharusnya menjadi bagian dari upaya penyelamatan satwa liar kita”, ujarnya.
”Ini bukan hanya bentuk penghambatan terhadap kerja keras para peneliti dan pegiat konservasi, tetapi juga kemunduran dalam pencapaian perlindungan satwa dilindungi seperti Macan Tutul Jawa. Ke depan, kami berharap seluruh elemen masyarakat bisa turut menjaga, bukan malah merusak. Konservasi adalah kerja bersama, dan kepercayaan publik sangat dibutuhkan untuk menjaganya”, tambah Nur Patria.
Hutan menyimpan rahasia, dan kamera trap menjadi salah satu kunci untuk membukanya. Saat kunci itu dirusak, bukan hanya pengetahuan yang lenyap, tapi harapan untuk menyelamatkan kehidupan yang nyaris padam. Kita tak bisa menjaga apa yang tak bisa kita lihat. Dan kita tak akan bisa melihatnya jika cahaya harapan itu terus dipadamkan oleh tangan-tangan yang abai akan masa depan bumi. (dna)
Sumber: Fajar Dwi Nur Aji – Pengendali Ekosistem Hutan Muda Balai Besar KSDA Jawa Timur