Type to search

Berita

Peluh Langkah Mahasiswa, MMP, dan Rimbawan di Rimba Bawean

Share

Pulau kecil di utara Gresik itu seolah menanti sentuhan baru. Bukan dari gempita pembangunan, melainkan dari derap kaki para penjaga rimba. Pada Juli yang teduh, delapan rimbawan, mahasiswa magang Universitas Brawijaya, dan Masyarakat Mitra Polhut (MMP) Bawean Lestari menembus lebatnya belantara Suaka Margasatwa Bawean. Mereka menapaki jejak Rusa Bawean (Axis kuhlii), satwa endemik yang makin tersembunyi di balik kerindangan.

Selama tujuh hari penuh dari 4 hingga 10 Juli 2025, tim SMART Patrol Seksi KSDA Wilayah III Surabaya menyisir dua blok utama yaitu Kumalasa dan Gunung Besar. Dengan peralatan minim, GPS, kamera, dan tally sheet, mereka mencatat setiap napas kehidupan yang masih bertahan di grid demi grid. Lebih dari 103 hektar kawasan dilalui dengan berjalan kaki, sebagian besar adalah jalur lama, sebagian lagi adalah petualangan baru, di mana risiko bentang alam menantang logika dan stamina.

Dalam patroli tersebut, beragam jenis satwa ditemukan. Dari langit, Elang Ular Bawean (Spilornis cheela baweanus) menukik tajam, mencermati kehadiran manusia. Di semak belukar, Raja Udang Punggung Merah, Merbah Belukar, hingga Madu Sriganti berbagi suara dalam simfoni alam. Rusa Bawean tak tampak langsung, namun sisa pakan dan jejak tanah mengisyaratkan keberadaannya. Ular Siput (Pareas carinatus), Katak Tegalan, Kadal Matahari, kupu-kupu, dan belalang menjadi potongan kecil dari mozaik keanekaragaman hayati yang masih utuh di Bawean.

Tak hanya fauna, flora lokal pun menjadi bagian penting dari catatan tim. Di antara pohon-pohon Pangopa, Gondang, hingga Kosambi, anggrek-anggrek liar tumbuh diam-diam, Anggrek Bulan, Anggrek Ekor Tupai, hingga Cymbidium Tanah, seolah menunjukkan bahwa hutan ini masih bernyawa, meski diam-diam dirongrong dari dalam.

Namun, harapan tak datang tanpa ujian. Di Grid 890 dan 897, tim menemukan 7 tonggak dan 5 gelondong Kayu Jati (Tectona grandis), indikasi gangguan aktivitas ilegal di kawasan konservasi. Semua temuan ini dilaporkan dalam format resmi SMART, memperkuat bukti dan urgensi pengawasan.

Patroli ini bukan sekadar kegiatan rutin. Ini adalah laboratorium lapangan bagi para mahasiswa, ruang belajar di mana teori kehutanan bertemu realitas ekologi. Melalui interaksi langsung dengan masyarakat, mahasiswa belajar bahwa konservasi bukan hanya soal data dan peta, tetapi soal kepercayaan dan hubungan manusia dengan alam.

Kegiatan ini menjadi wujud sinergi antara pengalaman dan semangat muda. Rimba Bawean bukan hanya tentang spesies, tapi tentang harapan keberlanjutan kehidupan di masa depan. Di Pulau Bawean, harapan itu tumbuh diam-diam di balik hening rimba, di jejak rusa yang menghilang, di langkah kaki muda yang belajar menjaga bumi.

Konservasi adalah tanggung jawab lintas generasi. Di Pulau Bawean, kita belajar bahwa masa depan satwa dan hutan ada di tangan mereka yang bersedia mendengar dan berjalan lebih jauh. Mari terus mendukung kegiatan patroli terpadu, edukasi generasi muda, dan pelibatan masyarakat sebagai garda depan perlindungan ekosistem. (dna)

Sumber: Bidang KSDA Wilayah 2 Gresik – Balai Besar KSDA Jawa Timur

Tags:

You Might also Like