Pelita dari Pulau Rusa
Share

Di ruang kelas Madrasah Aliyah Darussalam, Kumalasa, tatapan para siswa tertuju pada layar proyektor. Di balik materi yang disampaikan, ada kecemasan lama yang kembali disuarakan, hutan Bawean tak lagi sekuat dulu. Bahaya kebakaran, tumpukan sampah, dan eksploitasi lahan membayang.
Hari itu, 50 pelajar mengikuti program “FOLU Goes to School: Edukasi Konservasi Lingkungan dan Pencegahan Kebakaran Hutan untuk Generasi Muda di Pulau Bawean” – Chapter 2. Sebuah inisiatif dari Kelompok Pelestari Hutan (KPH) Bawean Lestari, dengan dukungan pendanaan kerja sama Indonesia–Norwegia tahap kedua, 31 Juli 2025.
Tujuan program ini tak muluk, membangun kesadaran lingkungan dari bangku sekolah. Tapi isinya tak bisa disepelekan. Para siswa dikenalkan pada konsep Indonesia’s FOLU Net Sink 2030, ambisi nasional untuk menyeimbangkan emisi karbon dari sektor kehutanan dan lahan dalam lima tahun ke depan. Sebuah konsep besar yang dijelaskan dalam bahasa yang mudah dicerna.
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur hadir sebagai narasumber utama. Materi yang dibawakan tak hanya teknis. Mereka bicara tentang kawasan konservasi, tentang pentingnya menjaga ekosistem Bawean, tentang api yang bisa melahap seluruh bentang alam jika lengah barang sebentar.
Diskusi berlangsung hangat. Sejumlah siswa melontarkan pertanyaan, sebagian lainnya menjawab kuis dengan penuh semangat. Ada gelak tawa, tapi juga kesadaran yang diam-diam tumbuh.
“Hutan Bawean bukan sekadar bentang hijau. Ia penyangga kehidupan. Menjaganya, berarti menjaga rumah sendiri,” ujar Nur Syamsi – Polhut Penyelia sekaligus Kepala RKW 10 Bawean, BBKSDA Jatim.
Pulau Bawean, yang lebih dikenal sebagai “Pulau Rusa”, memang menyimpan kekayaan hayati yang tak banyak disentuh. Di dalamnya hidup Rusa Bawean (Axis kuhlii) satwa endemik yang kini makin terjepit ruang hidupnya. Maka ketika generasi mudanya mulai bicara konservasi, ada secercah harapan yang menyala.
Program edukasi ini, kata KPH Bawean Lestari, bukan akhir, melainkan pijakan awal. Mereka ingin menjangkau lebih banyak sekolah, lebih banyak kepala yang bisa diajak berpikir ulang tentang bagaimana hidup berdampingan dengan alam.
Tak ada yang lebih menenangkan dari suara anak-anak yang mulai menyebut kata “konservasi” dengan bangga. Di Bawean, pelita itu mulai menyala. (dna)
Sumber: Bidang KSDA Wilayah 2 Gresik – Balai Besar KSDA Jawa Timur