Type to search

Artikel

Merekam Jejak Kehidupan, Herbarium sebagai Arsip Abadi di Lembab Hutan Bawean

Share

Di bawah cahaya lembut yang menembus tajuk hutan, tim Balai Besar KSDA Jawa Timur kembali menorehkan langkah kecil namun berarti bagi ilmu pengetahuan di pekan terakhir bulan Oktober 2025. Pembuatan herbarium dari hasil survei bioprospeksi dan pendataan distribusi populasi Prunus javanica dan Prunus arborea.

Lebih dari 30 sampel dikoleksi, daun, bunga, hingga buah, dikeringkan, ditekan, dan disusun teliti di atas kertas, menjadi saksi diam dari keragaman hayati hutan Bawean yang masih menyimpan banyak rahasia.

Dari Batu Lintang ke Gigir Gunung, Menyusuri Jalur Kehidupan
Jalur panjang ekspedisi dimulai dari Batu Lintang, menembus hutan basah yang berlapis kabut, menuju gigir gunung hingga mencapai Danau Kastoba, danau purba yang menyimpan legenda dan ketenangan abadi. Di setiap titik lintasan, jejak dedaunan dan percikan aroma menjadi penanda kehidupan yang tak kasat mata, menggambarkan keselarasan antara waktu, tanah, dan hujan.

Menurut Heri Sanyoso dari Yayasan Generasi Biologi Indonesia, bahwa setiap helai daun yang diambil adalah representasi dari waktu.

“Ia merekam cerita ekologis, kapan hujan turun, di mana tanah lembab, dan bagaimana angin membentuk adaptasi tumbuhan”, tambahnya.

Arsip Sunyi dari Hutan yang Hidup
Proses pembuatan herbarium dilakukan langsung setelah pulang dari lapangan, di sela-sela aktivitas survei dan pengambilan data. Di kantor RKW 10 Bawean, teras menjadi menjadi laboratorium alamnya.

Setiap spesimen diberi label rinci, koordinat lokasi, ketinggian, kondisi habitat, dan waktu pengambilan. Tahapan ini bukan sekadar rutinitas ilmiah, melainkan upaya mendokumentasikan memori genetik ekosistem sebelum hilang termakan waktu dan perubahan.

Herbarium bukan hanya koleksi daun kering, melainkan narasi ekologi dalam bentuk paling jujur. Dari struktur tulang daun hingga warna mahkota bunga, setiap detail memberi petunjuk tentang bagaimana spesies beradaptasi dan bertahan di lingkungan yang unik seperti Bawean.

Harmoni Ilmu dan Konservasi
Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan bioprospeksi yang bertujuan mengungkap potensi biodiversitas tumbuhan lokal untuk ilmu pengetahuan dan pengelolaan berkelanjutan. Prunus javanica dan Prunus arborea sendiri merupakan dua spesies penting yang berperan ekologis dalam sistem hutan pegunungan tropis, sebagai penyedia pakan satwa liar dan penyimpan karbon alami.

“Mengetahui distribusi dan variasi morfologi mereka adalah langkah awal dalam memahami fungsi ekosistem secara utuh,” jelas Tri Wahyu Widodo Pengendali Ekosistem Hutan Mahir BBKSDA Jatim.

“Sains konservasi tidak berhenti di pengamatan, tetapi berlanjut pada bagaimana kita menyimpannya, baik di alam maupun dalam pengetahuan manusia,” ujarnya.

Menjaga Jejak Sebelum Menghilang
Di tengah keheningan hutan, di mana suara burung menggema dan kabut menggulung lembut di atas Danau Kastoba, kegiatan sederhana seperti menekan daun dan menata bunga menjadi tindakan heroik dalam skala ekologis. Ia adalah perlawanan halus terhadap lupa, upaya manusia menjaga ingatan alam agar tak lenyap oleh waktu.

Kegiatan dilaksanakan oleh tim Balai Besar KSDA Jawa Timur sebagai bagian dari pendataan bioprospeksi dan distribusi populasi tumbuhan hutan Pulau Bawean, dengan fokus pada genus Prunus. Herbarium lapangan disiapkan di tiap jalur jelajah untuk menjaga kualitas dan keaslian morfologi spesimen. Cuaca cerah selama ekspedisi mendukung proses pengambilan dan pengeringan spesimen secara optimal.

Setiap daun yang disimpan adalah waktu yang dibekukan, aetiap spesimen adalah doa yang tak terucap untuk bumi yang terus berubah.

Sumber: Fajar Dwi Nur Aji, Pengendali Ekosistem Hutan Ahli Muda di Balai Besar KSDA Jawa Timur

Tags:

You Might also Like