Menyusuri Hutan Simpenan, Manggis Gadungan
Share

Di tengah rimbun Cagar Alam Manggis Gadungan, patroli hutan bukan sekadar kewajiban. Ia adalah ritual menjaga keseimbangan yang rapuh.
Langit menyambut menyambut sepenggal mentari, ketika suara sepatu menghantam tanah hutan yang lembab. Embun menyelimuti daun-daun lebar, serak serasah berbaur dengan bunyii ritsleting tas lapangan yang dibuka buru-buru. Di situlah, Smart Patrol dimulai.
Selama empat hari, dari 21 hingga 24 Juli 2025, tim dari Balai Besar KSDA Jawa Timur menyusuri kawasan konservasi di Cagar Alam Manggis Gadungan. Grid 43 sampai 55 dilintasi perlahan, menyisir jejak satwa dan menandai keberadaan flora yang tumbuh liar.
Di balik catatan itu, tersembunyi cerita, 2,743 ha area hutan dijelajahi. Mereka menemukan 150 individu flora dari 22 jenis, hidup dalam lebatnya rimba. Beberapa tumbuhan teridentifikasi dan menyapa dalam diamnya.
Fauna yang dijumpai tak banyak, tapi cukup untuk membuktikan bahwa hutan belum mati. Tujuh jenis burung, satu jenis serangga, dan satu jenis amfibi tercatat dalam lembar patroli. Satu demi satu, ditandai dan difoto, menjadi bukti kecil dari ekosistem yang masih berdenyut.
Di Grid 51, satu pilar batas nomor 19 ditemukan rusak. Tak ada penebangan, tak ada jejak pemburu. Tapi pilar itu seperti pertanda bahwa batas bisa rapuh jika dijaga setengah hati.
Tak ada pelanggaran ditemukan. Namun bukan berarti tak ada ancaman. Hutan ini, seperti banyak kawasan konservasi lain, hidup dalam ketegangan antara perlindungan dan pengabaian.
Para petugas tak selalu terlihat di headline berita. Mereka bergerak tanpa tepuk tangan, mencatat setiap jejak keberagaman, dan pulang dengan napas berat. Mereka bukan pencari popularitas. Mereka hanya ingin memastikan satu hal, bahwa hutan tetap utuh, dan yang tumbuh di dalamnya tak lenyap dalam diam.
Di negeri yang sering melupakan hutan, mereka memilih untuk mengingatnya. Setiap langkah di Manggis Gadungan adalah upaya melawan lupa. (dna)
Sumber: Bidang KSDA Wilyah 1 Madiun – Balai Besar KSDA Jawa Timur