Type to search

Berita

Menyemai Perilaku Konservasi di Pusat Ficus Nasional Kediri

Share

Di bawah naungan tajuk-tajuk ficus yang telah berakar kuat, proses belajar tidak berlangsung di ruang kelas. Ia tumbuh di antara percakapan santai, kisah perjuangan relawan, dan denyut ekosistem yang masih bertahan di tepian Cagar Alam Manggis, Kabupaten Kediri.

Pada Minggu pagi, 14 Desember 2025, Balai Besar KSDA Jawa Timur melalui Seksi KSDA Wilayah I Kediri melakukan pendampingan kegiatan pendidikan lingkungan di Pusat Ficus Nasional (PFN). Kegiatan ini diikuti sekitar 50 mahasiswa Fakultas Psikologi IAIN Kediri dalam mata kuliah Psikologi Lingkungan, dengan tema besar “Perilaku Konservasi”, sebuah pendekatan yang menempatkan manusia sebagai bagian tak terpisahkan dari ekosistem.

Kegiatan yang berlangsung di Pos Jaga Manggis dan area buffer zone Cagar Alam Manggis ini dibuka oleh koordinator relawan lingkungan Fakultas Psikologi IAIN Kediri bersama Relawan Yayasan Masyarakat Ficus Indonesia. Sejak awal, suasana sarasehan dibangun untuk menghadirkan dialog yang membumi, membuka ruang refleksi tentang relasi manusia dan alam.

Berbagai narasumber hadir berbagi perspektif dan pengalaman. Dari Yayasan Masyarakat Ficus Indonesia, dr. Ari dan Heri Bayan. Mereka mengisahkan perjalanan panjang gerakan relawan yang awalnya tanpa fokus lokasi dan jenis tanaman, hingga akhirnya memilih ficus sebagai simbol ketahanan ekosistem.

Ficus, yang kerap disebut pohon kehidupan, dipilih bukan tanpa alasan. Ia menopang keanekaragaman hayati, menjadi penyangga ekosistem, dan menjaga keseimbangan lanskap hutan.

Perwakilan penggerak senior relawan lingkungan Kediri Raya, Kendi, turut menuturkan lika-liku perjuangan relawan lingkungan, sementara Soleh dari PFN membagikan dinamika kelembagaan hingga terbentuknya Pusat Ficus Nasional sebagai ruang belajar bersama lintas generasi.

Dari sisi pengelolaan kawasan konservasi, perwakilan Seksi KSDA Wilayah I Kediri, Ahmad Soleh Chamdani dan Suprihadi, menyampaikan sejarah Cagar Alam Manggis, status dan kelas kawasan hutan, serta sistem kelembagaan yang menaungi pengelolaan hutan di Indonesia. Pemaparan ini menjadi jembatan penting agar peserta memahami konteks konservasi secara utuh, dari aspek ekologis hingga tata kelola.

Diskusi berlangsung aktif, mempertemukan sudut pandang psikologi perilaku dengan realitas konservasi di lapangan. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan peninjauan area buffer zone dan ditutup dengan penanaman ficus secara seremonial di sisi selatan kawasan PFN, sebuah simbol kecil dari komitmen besar menanamkan nilai konservasi sejak dini.

Melalui kegiatan ini, Balai Besar KSDA Jawa Timur menegaskan bahwa konservasi bukan semata menjaga kawasan, tetapi juga membangun kesadaran, membentuk perilaku, dan menyiapkan generasi yang memahami bahwa masa depan hutan ditentukan oleh pilihan manusia hari ini.

Penulis: Fajar Dwi Nur Aji – PEH Ahli Muda BBKSDA Jatim
Editor: Agus Irwanto
Sumber: Bidang KSDA Wilayah I Madiun

Tags:

You Might also Like