Type to search

Berita

Menjaring Virus di Antara Satwa dan Pasar

Share

Satu langkah kecil di Ballroom Hotel Ciputra World Surabaya, mungkin tampak biasa bagi sebagian orang. Namun bagi para penjaga benteng terakhir keanekaragaman hayati, langkah itu adalah bagian dari pertempuran panjang melawan musuh tak kasat mata, virus flu burung yang terus berevolusi.

Medik Veteriner dan Pengendali Ekosistem Hutan hadir mewakili Balai Besar KSDA Jawa Timur dalam kegiatan nasional bertajuk “Sosialisasi, Koordinasi dan On The Job Training Surveilans Avian Influenza Terpadu Lintas Sektor“. Dalam forum ini, BBKSDA Jatim tidak hanya menjadi peserta pasif, melainkan bagian dari garda sinergi One Health pendekatan kolaboratif yang menyatukan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan.

Selama lima hari ke depan, mulai 14 hingga 18 Juli 2025, peserta akan terlibat dalam diskusi intensif, presentasi ilmiah, investigasi lapangan, hingga simulasi kasus nyata. Agenda ini mencakup segala aspek, dari kebijakan penanggulangan HPAI H5N1 hingga metode pengambilan sampel dari pasar unggas hidup, puskesmas, hingga ekosistem liar yang kami jaga selama ini.

Keikutsertaan BBKSDA Jatim dalam agenda nasional ini bukan sekadar formalitas. Flu burung bukan ancaman yang hanya bersifat veteriner atau medis. Ia juga mengintai kehidupan liar, dari burung di pantai hingga di pegunungan. KSDA hadir membawa perspektif konservasi ke dalam forum ini, bahwa menjaga hutan dan satwa liar sama halnya dengan menjaga benteng terakhir mencegah pandemi berikutnya.

Penting dicatat, kegiatan ini melibatkan lebih dari 180 peserta lintas sektor mulai dari WHO, FAO, CDC, hingga perwakilan 63 Puskesmas Surabaya. Sebuah orkestrasi nasional untuk satu misi besar, deteksi dini, respons cepat, dan mitigasi sistematis terhadap ancaman zoonosis.

Di antara dokumen kerja, peta risiko, dan data, kami hadir membawa suara hutan, tempat di mana keseimbangan ekologi menjadi indikator pertama ketika bencana biologis mulai menyusun skenario globalnya.

Dan di sini, di ruang-ruang berpendingin yang jauh dari kicau burung liar dan jejak rusa, suara tetap lantang bahwa Konservasi bukan hanya tentang melindungi satwa, tetapi juga menjaga masa depan umat manusia.

Hutan yang sehat adalah vaksin alami. Maka menjaga satwa liar dari virus tak hanya menyelamatkan spesies, tapi juga umat manusia dari pandemi berikutnya.

Sumber: Fajar Dwi Nur Aji, PEH Ahli Muda, BBKSDA Jatim

Tags:

You Might also Like