Type to search

Artikel

Mengenal Lebih Dekat dengan Bisa Ular

Share
Ular Kobra atau Cobra Snake memiliki nama latin naja sputatrix. Kobra, apabila menggigit mangsanya, ia akan menyuntikkan bisa melalui taring racunnya ke dalam pembuluh darah si mangsa. Ular jenis ini memiliki racun jenis neurotoksin (racun pelumpuh saraf) dan hemotoksin (racun yang melumpuhkan sistem sirkulasi darah). Akibat jenis racun hemotoksin, menimbulkan rasa sakit yang luar biasa dan terasa panas seperti terbakar. Berbeda dengan ular yang hanya memiliki jenis racun neurotoksin, korban tidak akan merasa sakit sama sekali, dan bahkan seringkali korban tidak merasa tergigit. Oleh karena itu biasanya korban gigitan ular Kobra masih bisa tertolong dengan penanganan yang cepat.
Penyebaran Ular Kobra mulai dari semak-semak, ladang, persawahan, sampai ke dalam rumah. Biasanya ia bersarang di dalam lubang tikus yang sudah tidak terpakai atau setelah tikus dimangsa. Di dalam sarang tersebut induk Kobra bertelur dan menjaganya sampai menetas. Makanan yang biasa dimangsa selain tikus adalah katak, ikan, burung, anak ayam, dan kadal. Ular Kobra akan menyemburkan bisa untuk melumpuhkan mangsa lalu menggigitnya. Racun yang disemburkan tidak sekuat dengan racun yang disuntikkan langsung ke pembuluh darah.
 
Ular Kobra akan mengembangkan leher dan menegakkan badannya apabila merasa terancam dan siap menyemprotkan bisa. Sasaran semprotnya selalu menuju mata korban. Bisa atau racun yang terkena mata manusia akan menimbulkan kebutaan sementara dan bisa sembuh dengan sendirinya apabila dibasuh dengan air mengalir.
 
Bermanfaat 
Pemanfaatan bisa ular sebagai obat sebenarnya sudah digunakan sejak jaman perang dunia dahulu untuk menghindari penyakit seperti malaria. Para prajutit selalu mengkonsumsi bisa ular yang berupa serum sehingga kekebalan tubuh tetap terjaga dari gigitan nyamuk dan ular berbisa. Bisa ular yang difermentasikan menghasilkan serum yang mengandung cairan berkhasiat. Serum hasil fermentasi inilah yang kemudian dapat dikonsumsi oleh semua orang, baik yang menderita penyakit serius atau hanya untuk ketahanan tubuh dari gigitan binatang berbisa. 
 
Para peneliti di Inggris dan Australia menemukan, bisa ular dapat mencegah serangan penyakit jantung dan stroke serta mengobati penyakit kanker. Akan tetapi, penelitian yang sudah dilaksanakan sejak 25 tahun itu, belum berhasil menetapkan dosis aman dan tepat, bagi pengobatan penyakit menggunakan bisa ular. Standar farmasi yang ketat di negara maju, menghambat pengembangan obat baru tersebut.
Bisa ular merupakan campuran rumit sejumlah enzym. Penelitian lebih jauh, menunjukan terdapat sekitar 20 jenis enzym beracun didalamnya. Setiap jenis ular berbisa, memiliki komposisi racun yang berbeda-beda, berupa campuran antara enam sampai 12 jenis enzym. Masing-masing enzym pada bisa ular itu, memiliki fungsi khas pula. Salah satunya enzym proteinase, memainkan peranan utama pada pencernaan ular, dan berfungsi menguraikan jaringan kulit atau otot dalam tempo amat cepat akibatnya jaringan kulit dan otot rusak dan mati secara cepat.
 
Serum Anti Bisa Ular adalah serum polivalen yang berasal dari plasma kuda yang dikebalkan terhadap bisa ular yang mempunyai efek neurotoksik (ular jenis Naja sputatrix – ular kobra, Bungarus fasciatus – ular belang) dan  hemotoksik (ular Ankystrodon rhodostoma-ular tanah) yang kebanyakan ada di Indonesia. Dosis yang tepat sulit untuk ditentukan karena tergantung dari jumlah bisa ular yang masuk peredaran darah korban dan keadaan korban sewaktu menerima anti serum. Serum anti bisa ular dapat memiliki efek samping antara lain:
  1. Reaksi anafilaktik; jarang terjadi, tetapi bila ada timbulnya dapat segera atau dalam waktu beberapa jam sesudah suntikan.
  2. Serum Sickness; dapat timbul 7 – 10 hari setelah suntikan berupa demam, gatal-gatal, eksantema, sesak nafas dan  gejala alergi lainnya.
  3. Demam disertai menggigil yang biasanya timbul setelah pemberian serum secara intravena.
  4. Rasa nyeri pada tempat suntikan; yang biasanya timbul pada penyuntikan serum dalam jumlah besar. Reaksi ini biasanya terjadi dalam 24 jam.
Karena tidak ada netralisasi-silang, serum Anti Bisa Ular ini tidak berkhasiat terhadap gigitan ular yang terdapat di Indonesia bagian Timur (misalnya jenis-jenis Acanthopis antarticus, Xyuranus scuttelatus, Pseudechis papuanus dan lain-lain) serta terhadap gigitan ular laut (Enhydrina cystsa).
Jika tergigit ular, maka tindakan pertama yang segera dilakukan :
 
•Luka dicuci dengan air bersih atau dengan larutan kalium permanganat untuk menghilangkan atau menetralisir bisa ular yang belum teradsorpsi.
•Insisi atau eksisi luka tidak dianjurkan, kecuali apabila gigitan ular baru terjadi beberapa menit sebelumnya. 
•Anggota badan yang digigit secepatnya diikat untuk menghambat penyebaran racun.
•Imobilisasi anggota badan yang digigit dengan cara memasang bidai karena gerakan otot dapat mempercepat penyebaran racun.
•Bila mungkin anggota badan yang digigit didinginkan dengan es batu.
•Penderita dilarang bergerak dan apabila perlu dapat diberi analgetika atau sedative
•Penderita secepatnya harus dibawa ke dokter atau rumah sakit yang terdekat untuk menerima perawatan selanjutnya.
 
Pustaka
 
Dini, SES., S.Hut

Leave a Comment