Type to search

Berita

Menembus Rimba Akar Mangrove Bawean, Demi Perbarui Peta Mangrove Nasional

Share

Di antara riuh ombak yang memecah di tepian pulau dan desir angin asin yang menembus rimbun bakau, langkah-langkah tim survei bergema di antara akar-akar napas mangrove.

Selama empat hari, dari 22 hingga 25 Oktober 2025, tim Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Solo bersama Balai Besar KSDA Jawa Timur menapaki pesisir Pulau Bawean, menyusuri 10 titik pengamatan di Kecamatan Sangkapura dan Tambak. Misi mereka, melaksanakan Groundcheck Updating Peta Mangrove Nasional 2025, bagian penting dari upaya nasional memutakhirkan peta tutupan mangrove sebagai fondasi pengelolaan ekosistem pesisir yang lebih akurat dan berkelanjutan.

Di balik data dan koordinat yang direkam melalui aplikasi ODK Collect, setiap langkah di lapangan menyimpan kisah tersendiri, kisah kerja senyap di antara lumpur dan akar, antara sains dan dedikasi. Teknologi digital berbasis perangkat seluler itu memungkinkan setiap temuan dikirim langsung ke Direktorat Rehabilitasi Mangrove di Jakarta, menghadirkan data real-time yang menautkan pesisir Bawean dengan pusat kebijakan di ibukota. Namun di luar itu, kegiatan ini juga menghadirkan satu momen manusiawi yang berharga.

Kegiatan groundcheck ini turut didampingi oleh Nursyamsi, Polisi Kehutanan Penyelia sekaligus Kepala Resort Konservasi Wilayah (RKW) 10 Bawean, sosok yang telah 38 tahun mengabdikan sebagian besar hidupnya untuk menjaga pulau ini. Di antara tim, ia berjalan perlahan menyusuri hutan mangrove yang telah menjadi bagian dari hidupnya selama bertahun-tahun. Dengan tenang, ia menunjukkan lokasi-lokasi penting, mengenali setiap jenis mangrove dari bentuk daunnya, dan menceritakan bagaimana kawasan ini berubah seiring waktu.

Menjelang purna tugasnya di akhir Oktober 2025, kehadirannya di lapangan bukan sekadar pendampingan teknis, melainkan simbol dari perjalanan panjang pengabdian. Setiap akar punya cerita, dan upaya konservasi akan terus berlanjut di tangan generasi berikutnya.

Ketika senja turun perlahan di balik barisan mangrove muda, pantulan cahaya jingga menari di permukaan air yang tenang. Di sana, di antara siluet akar-akar yang kokoh, tergambar makna sejati dari konservasi, kerja yang tidak selalu tampak, tapi meninggalkan jejak panjang bagi masa depan.

Groundcheck di Bawean bukan sekadar pengumpulan data, ia adalah potret kesetiaan pada alam, sains, dan waktu. Sebuah perjalanan yang mengikat manusia dan ekosistem dalam satu benang merah yaitu keberlanjutan.

Sumber: Fajar Dwi Nur Aji, Pengendali Ekosistem Hutan Ahli Muda di Balai Besar KSDA Jawa Timur

Tags:

You Might also Like