Type to search

Berita

Menanam Benih Konservasi di Sekolah Pinggir Hutan Cagar Alam Gua Nglirip

Share

Di tengah terik pedesaan Montong, suara anak-anak SDN Guwoterus 2 bergema riang menyambut kedatangan tim edukasi konservasi dari Seksi KSDA Wilayah II Bojonegoro. Hari itu (10/10/2025), halaman sekolah yang biasanya hanya diwarnai permainan dan tawa, berubah menjadi ruang belajar terbuka tentang pentingnya menjaga alam dan kehidupan liar yang menjadi bagian dari keseimbangan bumi.

Kegiatan bertajuk “Visit to School: Edukasi Konservasi Sejak Dini” ini diinisiasi oleh Balai Besar KSDA Jawa Timur melalui jajaran pejabat fungsional Seksi KSDA Wilayah II Bojonegoro, terdiri dari Polisi Kehutanan (Polhut), Pengendali Ekosistem Hutan (PEH), dan Penyuluh Kehutanan. Mereka hadir bukan sekadar memberikan penyuluhan, tetapi menyalakan api kepedulian di dada anak-anak terhadap kelestarian alam sekitar Cagar Alam Gua Nglirip, kawasan yang menjadi rumah bagi beragam spesies tumbuhan dan satwa liar.

Dalam sesi interaktif yang berlangsung hangat, para siswa diajak memahami pentingnya menjaga lingkungan, melestarikan kawasan konservasi, serta mengenal satwa liar, baik yang dilindungi maupun tidak dilindungi undang-undang, sebagai bagian dari satu rantai kehidupan. Dengan gaya bercerita yang sederhana namun sarat makna, para petugas menjelaskan bahwa setiap pohon yang ditebang sembarangan dan setiap hewan yang diambil dari alam tanpa kendali akan mengganggu keseimbangan yang telah terbentuk selama ribuan tahun.

Namun, momentum paling menggugah hari itu adalah ketika tim menyampaikan kabar rencana pelepasliaran seekor Elang Brontok (Nisaetus cirrhatus) di kawasan Cagar Alam Gua Nglirip. Sorak kecil terdengar dari barisan siswa, bagi mereka, elang bukan sekadar burung gagah di langit, tetapi simbol kebebasan dan penjaga hutan yang sesungguhnya. Dalam benak mereka mungkin tumbuh tanya, bagaimana jika suatu hari mereka bisa menyaksikan elang itu terbang bebas di atas lembah dan pepohonan tempat mereka tumbuh?

“Anak-anak adalah kunci masa depan konservasi,” ujar Tri Wahyu Widodo salah satu Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) yang menjadi narasumber dalam kegiatan tersebut.

“Mereka harus tahu sejak dini bahwa menjaga hutan dan satwa berarti menjaga kehidupan kita sendiri,” tambahnya.

Cagar Alam Gua Nglirip sendiri merupakan salah satu kawasan konservasi penting di Kabupaten Tuban, yang menyimpan potensi keanekaragaman hayati tinggi sekaligus menjadi benteng ekologis bagi daerah sekitar. Dengan keindahan gua kapur, kawasan ini bukan destinasi wisata, namun sebagai salah satu benteng terakhir dan ruang belajar alam yang nyata bagi generasi muda.

Melalui kegiatan edukasi seperti ini, BBKSDA Jawa Timur berkomitmen menjadikan sekolah-sekolah sekitar kawasan konservasi sebagai mitra strategis dalam membangun budaya cinta lingkungan. Karena konservasi sejati bukan hanya menjaga alam dari kerusakan, melainkan menumbuhkan kesadaran, bahwa bumi, hutan, dan semua makhluk di dalamnya adalah bagian dari satu rumah yang sama.

Dari sekolah di pinggir hutan, kita menanam harapan, agar lengkingan elang di langit Gua Nglirip tetap menjadi nyanyian kebebasan untuk generasi mendatang. (dna)

Sumber: Bidang KSDA Wilayah 1 Madiun – Balai Besar KSDA Jawa Timur

Tags:

You Might also Like