Type to search

Berita

Menakar Detak Jantung Kawah Ijen, Baseline Baru Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi

Share

Balai Besar KSDA Jawa Timur melalui Seksi KSDA Wilayah V melaksanakan Penilaian Efektivitas Pengelolaan untuk Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Kawah Ijen Merapi Ungup-ungup, sebuah upaya yang bukan sekadar administrasi, melainkan proses memahami denyut kehidupan yang bersemayam di balik dinding-dinding alam Ijen. Kegiatan ini berlangsung di Balai Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Banyuwangi (24-25/11/2025), tempat yang menjadi titik pertemuan berbagai pemangku kepentingan dari Jember, Banyuwangi, dan Bondowoso.

Di meja yang sama, duduk perwakilan dinas pariwisata, kehutanan, unsur TNI–Polri, pemerintah kecamatan, puskesmas, kepala desa, pengelola wisata, hingga jajaran Resor KSDA Wilayah 15. Pertemuan ini menghadirkan potret kolaborasi yang selama ini menjaga kawasan Kawah Ijen tetap menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati sekaligus ruang hidup bagi masyarakat.

Penilaian kali ini menggunakan METT Versi 4.4, versi mutakhir yang dirancang untuk menjawab tantangan pengelolaan kawasan konservasi di era perubahan iklim. Tidak hanya menimbang pengelolaan dasar, METT kini menelusuri dimensi yang lebih kompleks. Termasuk di dalamnya penilaian terhadap habitat dan satwa indikator kunci, kompas ekologis yang menunjukkan apakah kawasan masih berada dalam kondisi sehat.

Proses penilaian berlangsung intens, dipandu oleh fasilitator yang memastikan setiap butir pertanyaan dan data ancaman dipahami dan didiskusikan. Seluruh peserta terlibat aktif dalam menilai kondisi kawasan berdasarkan pengalaman, pengetahuan, serta pengamatan lapangan. Pada akhirnya, data yang terkumpul disepakati sebagai baseline atau T0 METT Kawah Ijen untuk tahun 2025, yang menjadi pijakan dua tahun evaluasi berikutnya.

Hasil penilaian memberi gambaran optimistis. Cagar Alam Kawah Ijen Merapi Ungup-ungup memperoleh skor 70 dari total 102, atau setara 68,63 persen. Sementara Taman Wisata Alam Kawah Ijen Merapi Ungup-ungup meraih skor 80 dari 111, atau 72,07 persen. Keduanya masuk kategori pengelolaan efektif. Ini berarti, di tengah tekanan ekologi, pariwisata, dan dinamika pemanfaatan ruang, struktur pengelolaan kawasan masih berdiri kokoh dan adaptif.

Namun perjalanan menuju pengelolaan yang ideal tidak pernah selesai. Diskusi para peserta mengerucut pada sejumlah langkah yang dinilai penting untuk dilakukan dalam dua tahun ke depan. Pembaruan data satwa kunci dan nilai alami kawasan dianggap sangat mendesak, mengingat dinamika populasi satwa dan habitat terus berubah.

Kawasan ini juga memiliki potensi jasa lingkungan yang jauh lebih luas dari sekadar wisata alam, yang membutuhkan identifikasi lebih mendalam. Upaya penghitungan cadangan karbon, peningkatan fasilitas pengunjung, serta peninjauan kembali dokumen perencanaan kawasan untuk memasukkan isu perubahan iklim dan pemanfaatan jasa lingkungan menjadi bagian dari strategi besar yang akan memperkuat pengelolaan CA dan TWA Kawah Ijen ke depan.

Kegiatan METT kemudian ditutup dengan penandatanganan Berita Acara Penilaian METT CA dan TWA Kawah Ijen Merapi Ungup Ungup, menandai komitmen bersama untuk menjaga kawasan yang menjadi denyut kehidupan di ujung timur Pulau Jawa. Dalam lanskap Kawah Ijen yang setiap hari diselimuti laju angin, aktivitas geologi, dan sistem ekologis yang saling terkait, kerja konservasi bukan hanya tentang menjaga alam tetap utuh, tetapi juga memastikan bahwa setiap keputusan hari ini memberi ruang tumbuh bagi generasi yang akan datang.

Di tengah gemuruh aktivitas vulkanik dan hiruk pikuk kunjungan wisata, kegiatan ini menjadi pengingat bahwa Kawah Ijen bukan sekadar destinasi, ia adalah ekosistem yang hidup. Dan METT 2025 adalah langkah kecil namun penting untuk memastikan bahwa kehidupan itu terus terjaga. (dna)

Sumber: Bidang KSDA Wilayah 3 Jember – Balai Besar KSDA Jawa Timur

Tags:

You Might also Like