Membuka Tabir Hutan Tua yang Masih Bernafas
Share

Langit pagi masih dibalut kabut ketika langkah pertama tim SMART Patrol menginjak tanah lembap Cagar Alam Gunung Sigogor. Di balik hijaunya hutan perawan, tersembunyi kehidupan yang terus berdetak dalam senyap. Dari tanggal 20 hingga 23 Mei 2025, tim dari RKW 06 Ponorogo, Seksi KSDA Wilayah II Bojonegoro, memulai perjalanan menyusuri setiap tarikan nafas rimba tua, menyibak jejak keajaiban yang jarang tersentuh manusia.
Blok Wates dan Secentong bukan sekadar bentang peta dengan titik koordinat. Ia adalah dunia dalam dunia, tempat akar rotan menari di antara bebatuan, tempat Telitih, Ipik, dan Kadoya tumbuh di bawah naungan kanopi raksasa.
Pepohonan purba seperti Bendo, Talesan, dan Gondang berdiri gagah, menjadi penjaga zaman. Anggrek tanah dan epifit menjuntai indah sebagai perhiasan rimba, sementara jamur dari kelas Ascomycota dan Basidiomycota mekar bagai bintang-bintang kecil di lantai hutan.
Namun bukan hanya tumbuhan yang berbicara. Hutan ini masih hidup dan bersuara. Kijang melintas dalam bayang, Landak Jawa mengendap dalam belukar, Monyet Ekor Panjang melompat di antara dahan. Burung Takur tohtor bersahut dengan Opior Jawa, menghadirkan orkestra alam yang menandai satu hal penting, bahwa ekosistem ini masih bernafas.
Tim patroli mencatat bukan hanya kehidupan, tapi juga sejarah yang diam, papan nama kawasan yang mulai rapuh, pal batas yang tertutup lumut dengan angka-angka nyaris pudar oleh waktu. Yang membahagiakan, tak ada jejak perusakan, tak ada suara manusia yang mencemari kesunyian.
Inilah kemenangan dari sebuah upaya besar menjaga alam. Bukan hanya mencatat kehadiran spesies, tapi juga mengukuhkan harapan, bahwa hutan seperti Sigogor masih bisa diwariskan utuh. Setiap langkah tim patroli adalah bentuk perlawanan terhadap pelupaan, sebuah pengingat bahwa di balik statistik konservasi, ada lanskap hidup yang membutuhkan mata yang peduli dan kaki yang bersedia menempuh jalan terjal.
Gunung Sigogor bukan hanya titik di peta. Ia adalah narasi alam yang masih menulis dirinya sendiri. Dan kita, para penjaga dan pembaca kisahnya, diajak untuk tidak hanya menyimak, tapi turut merawat Alas Ireng yang bernama Sigogor. (dna)
Sumber: Bidang KSDA Wilayah 1 Madiun – Balai Besar KSDA Jawa Timur