Type to search

Berita

Mata-Mata Hening Menyingkap Jejak Burung Gosong dan Rusa Timor di Kegelapan Pulau Saobi

Share

Di balik semak belukar dan sunyinya hamparan vegetasi tropis Pulau Saobi, sepasang mata digital bekerja dalam diam. Kamera jebak yang dipasang oleh Tim Seksi KSDA Wilayah IV Pamekasan bersama Masyarakat Mitra Polhut Madura Kepulauan dalam rangkaian Smart Patrol antara 28 Juni hingga 11 Juli 2025, telah merekam sesuatu yang lebih dari sekadar gambar. Ia merekam harapan.

Dari balik rerimbunan pandan laut dan vegetasi khas kepulauan, seekor rusa Timor (Rusa timorensis) melangkah hati-hati dalam balutan cahaya bulan. Gambar-gambar malam itu, terekam jelas oleh kamera trap, menyuguhkan pose alami satwa yang selama ini mendiami pulau namun hanya terdengar melalui jejak dan kotoran.

Tak hanya rusa, kamera juga berhasil menangkap siluet burung gosong kaki merah (Megapodius reinwardt) yang menjadi flagship species Cagar Alam Pulau Saobi. Burung ini dikenal unik karena menetaskan telurnya menggunakan panas alami dari tumpukan daun membusuk, ciri khas Megapodiidae yang sangat jarang dijumpai di habitat lain.

Tak berhenti di situ, rekaman malam memperlihatkan pergerakan satwa malam lainnya. Semua tertangkap dalam kondisi natural, menandakan kawasan ini masih menjadi rumah penting bagi biodiversitas khas kepulauan kecil di sisi timur Madura.

Patroli yang menjangkau 56 grid seluas ±53,75 hektar ini bukan sekadar aksi jalan kaki memotret alam. Ini adalah pengumpulan data berbasis saintifik, dengan penandaan 1.421 pohon dari 34 jenis flora.

Juga mencatat 70 tanda keberadaan satwa liar, identifikasi fitur alami maupun non-alami, mulai dari aliran air, embung, hingga kondisi pal batas kawasan. Bahkan, kegiatan ini juga mencatat aktivitas ilegal, seperti tunggak tebangan pohon lokal birebirean, kendal, dan leban pada Grid 47, serta gangguan dari penggembalaan ternak liar.

Kamera trap menjadi tulang punggung pendeteksian pasif yang sangat penting dalam menghadapi tantangan konservasi di pulau-pulau kecil. Dengan keterbatasan daya jangkau manusia, kamera ini menjadi “mata ketiga” yang tak tidur, menjadi saksi bisu kehidupan malam hutan tropis dan memberi data visual berharga untuk penguatan perlindungan satwa.

”Cagar Alam Pulau Saobi bukan tempat yang terabaikan. Ia adalah panggung keanekaragaman hayati yang masih bicara, lewat jejak, suara, dan pantulan dari lensa camera trap. Menjaga hutan ini berarti menjaga panggung itu tetap hidup,” ujar Sumpena, Kepala Seksi KSDA Wilayah IV Pamekasan secara terpisah.

Di saat banyak kawasan konservasi dihadapkan pada tekanan, Pulau Saobi diam-diam mengajarkan kita bahwa hutan yang tenang bukan berarti hutan yang kosong. Kamera jebak telah membuktikannya. (dna)

Sumber: Bidang KSDA Wilayah 2 Gresik – Balai Besar KSDA Jawa Timur

Tags:

You Might also Like