Mamalia Bersisik Muncul dari Koridor Hutan yang Kian Terputus
Share
Pada pagi yang teduh, Jumat 14 November 2025, seekor trenggiling Jawa (Manis javanica), mamalia bersisik satu-satunya di Indonesia dan salah satu spesies paling rentan perdagangan ilegal dunia, ditemukan merayap pelan di pekarangan rumah warga Desa Bicak, Kecamatan Trowulan. Bagi sebagian orang, ini mungkin sekadar kehadiran satwa liar yang tersesat. Namun bagi konservasionis, kemunculan ini adalah isyarat ekologis tentang tekanan ruang hidup yang semakin nyata.
Sekitar pukul 09.00 WIB, seorang warga bernama Adi segera menghubungi petugas RKW 09 Mojokerto setelah menyadari bahwa satwa bersisik itu merupakan satwa dilindungi penuh oleh negara. Tanpa menunggu, Tim Matawali Seksi KSDA Wilayah III Surabaya yang terdiri dari Yudianang Indra Irwan – Polisi Kehutanan Penyelia bersama Bambang Edi Wiyoto dan Kukuh Iswahyudi bergerak menuju lokasi untuk memastikan penanganan satwa dilakukan dengan standar keselamatan tinggi.
Tim melakukan rapid assessment untuk memastikan kondisi fisik satwa, memeriksa kemungkinan luka, dan meminimalkan stres akibat kontak manusia. Trenggiling tersebut ditemukan hidup, responsif, tanpa luka terbuka, meski menunjukkan tanda stres ringan yang wajar pada satwa nocturnal yang terpaksa berpindah habitat.
Evakuasi dilakukan secara hati-hati sebelum satwa dibawa ke Wildlife Rescue Unit (WRU) BBKSDA Jawa Timur untuk observasi dan perawatan lanjutan.
Lanskap Trowulan merupakan mosaik ekologis yang unik, perpaduan antara permukiman, kebun campuran, semak belukar, hingga sisa-sisa vegetasi alami dan hutan rakyat. Di balik dinamika ekologinya, daerah ini menyimpan jejak sejarah jalur jelajah satwa, termasuk trenggiling.
Diduga, kemunculan satwa ini di pekarangan rumah warga dipicu oleh beberapa faktor, diantaranya Fragmentasi habitat akibat perubahan penggunaan lahan dan meningkatnya pembangunan, Pencarian pakan, terutama rayap dan semut di area pekarangan atau tumpukan kayu dan Gangguan habitat alami seperti getaran kendaraan, aktivitas malam hari, hingga tekanan perburuan serta adanya kemungkinan dispersal satwa muda yang sedang mencari area jelajah baru.
Fenomena ini menegaskan bahwa meski terdesak, jalur ekologis trenggiling belum sepenuhnya hilang di Trowulan. Namun keterhubungan habitat tersebut kini berada dalam posisi rawan.
Penyerahan sukarela oleh warga menjadi bukti bahwa kesadaran publik terhadap konservasi semakin menguat. Dalam konteks satwa rentan seperti trenggiling, keterlibatan masyarakat merupakan pilar penting untuk memutus rantai perdagangan ilegal serta memperkuat perlindungan satwa liar di tingkat tapak.
BBKSDA Jawa Timur mengapresiasi tindakan cepat masyarakat yang melaporkan keberadaan satwa dilindungi dan berkomitmen untuk terus meningkatkan patroli, edukasi, serta perbaikan konektivitas habitat di daerah-daerah yang menghadapi tekanan perubahan lanskap.
Kemunculan seekor trenggiling di halaman rumah mungkin terlihat sebagai kejadian kecil. Namun bagi alam, ini adalah cerita besar tentang satwa malam yang bertahan di antara bayang-bayang pembangunan, tentang ruang hidup yang semakin berkurang, dan tentang manusia yang mulai menyadari bahwa mereka berbagi lanskap dengan penjaga-penjaga hening hutan Jawa. (dna)
Sumber: Bidang KSDA Wilayah 2 Gresik – Balai Besar KSDA Jawa Timur

