Type to search

Berita

Langkah Pertama Tukik Penyu Lekang Menuju Samudra

Share

Puluhan tukik jenis Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) melangkah perlahan di atas pasir panas Pantai Bajulmati, Kabupaten Malang, Jumat sore, 30 Mei 2025. Ombak memanggil, angin laut berhembus lembut. Satu per satu, tukik-tukik mungil itu meninggalkan batok kelapa yang menjadi kendaraan awal mereka menuju samudra.

Sebanyak 68 ekor tukik yang menetas pada 13 Mei 2025 dilepasliarkan ke laut dalam kegiatan yang diinisiasi oleh Yayasan Konservasi Penyu Jawa Timur (BSTC). Resort KSDA Wilayah (RKW) 18 Malang Raya dan CA Pulau Sempu turut serta dalam agenda ini sebagai bentuk partisipasi aktif dalam upaya pelestarian satwa liar yang dilindungi.

Tanpa hingar-bingar, kegiatan berlangsung sederhana namun sarat makna. Peserta terdiri dari anak-anak sekolah alam, guru taman kanak-kanak dari wilayah Bululawang, jajaran Perhutani, serta relawan dan penggiat konservasi lokal. Total 65 orang menyaksikan perjalanan awal tukik menuju habitat asliny, laut lepas yang luas dan tidak tertebak.

Menurut Gilang Refo, Pengendali Ekosistem Hutan RKW 18, metode pelepasliaran dilakukan tanpa sentuhan langsung dengan tukik.

“Tukik diletakkan di atas batok kelapa, lalu diturunkan ke pasir, hal ini memberi ruang bagi insting alaminya untuk bekerja. Lalu tukik dibiarkan berjalan sendiri menuju ombak, ini menjadi babak baru kehidupan di habitat aslinya”, tukas Refo.

Pantai Bajulmati dikenal sebagai salah satu titik pendaratan penyu di pesisir selatan Jawa Timur. Meski bukan kawasan konservasi, wilayah ini telah lama menjadi pusat inisiatif masyarakat dalam penyelamatan telur dan penetasan semi-alami Penyu Lekang, salah satu dari sedikit spesies penyu yang masih rutin bertelur di kawasan tersebut.

Kegiatan ini juga menjadi ruang edukasi ekologis. Di sela-sela prosesi, peserta dikenalkan pada tahapan siklus hidup penyu, ancaman yang dihadapi di alam, serta pentingnya menjaga garis pantai dari ancaman kerusakan ekosistem.

Pelepasliaran tukik bukan hanya soal melepas anak penyu ke laut. Ini adalah simbol dari konsistensi perjuangan panjang konservasi, menuntut ketekunan, pengorbanan, dan harapan. Di atas pasir itu, manusia hanya menjadi saksi. Alam yang mengambil alih. (dna)

Sumber: Bidang KSDA Wilayah 3 Jember – Balai Besar KSDA Jawa Timur

Tags:

You Might also Like

Next Up