Type to search

Artikel

Kolaborasi Nasional untuk Konservasi Burung Bermigrasi

Share

Di langit yang luas, melintasi batas negara dan samudra, burung-burung bermigrasi menjadi saksi hidup atas harmoni ekosistem global. Namun, perjalanan mereka yang menakjubkan tidak lepas dari tantangan seperti degradasi habitat, perubahan iklim, hingga ancaman perburuan. Dalam upaya melindungi para pengelana udara ini, sebuah langkah strategis telah diambil melalui “Lokalatih Peningkatan Kapasitas Kemitraan Nasional Konservasi Burung Bermigrasi dan Habitatnya” yang berlangsung di Tangerang dan Jakarta pada 25–27 Februari 2025.

Didasarkan pada Surat Keputusan Direktur Jenderal KSDAE, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur didapuk sebagai koordinator konservasi burung bermigrasi untuk wilayah Pulau Jawa. Peran ini menegaskan urgensi sinergi antara berbagai pemangku kepentingan dalam mengawal kelangsungan hidup spesies burung yang melintasi batas negara.

Menguatkan Kapasitas dan Strategi Konservasi
Lokalatih ini diikuti oleh 51 peserta luring serta lebih dari 20 peserta daring, melibatkan berbagai institusi nasional maupun internasional seperti ASEAN Flyway Network dan National Parks Board (NParks) Singapura dengan dukungan pendanaan dari Japan-ASEAN Integration Fund (JAIF). Fokus utama kegiatan ini adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pemantauan serta pengelolaan habitat burung bermigrasi, sekaligus meninjau serta mengembangkan rencana strategis dan aksi nasional bagi konservasi mereka.

Peserta diperkenalkan pada arah kebijakan konservasi, lokasi-lokasi penting bagi burung air dan raptor bermigrasi, serta studi kasus pengelolaan lahan basah di Singapura. Diskusi intensif kemudian dibagi menjadi empat kelompok yang mengkaji kesekretariatan, pengelolaan data monitoring, peningkatan kesadartahuan publik, serta pengusulan lokasi baru dalam jaringan East Asian-Australasian Flyway (EAAF).

Dari pemanfaatan portal pelaporan modern hingga analisis data spesies, para peserta mendalami berbagai metode identifikasi dan survei burung migran. Hasil dari diskusi ini melahirkan sejumlah rumusan penting, termasuk penguatan kolaborasi riset, peningkatan kapasitas habitat, dan integrasi konservasi burung bermigrasi ke dalam kebijakan nasional.

Menyusuri Suaka Margasatwa Pulau Rambut
Sebagai puncak dari lokalatih, para peserta bertolak ke Suaka Margasatwa Pulau Rambut, kawasan konservasi yang menjadi persinggahan vital bagi burung laut bermigrasi. Dari atas perahu, mereka menyaksikan langsung cikalang christmas (Fregata andrewsi), burung air, hingga burung pantai yang beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan panjang mereka. Pengalaman ini memperkuat kesadaran akan pentingnya perlindungan habitat bagi spesies yang mengandalkan jalur migrasi ini untuk bertahan hidup.

Jalan Panjang Konservasi
Dari lokalatih ini, lahir beberapa langkah strategis yang akan menjadi panduan ke depan. Di antaranya adalah finalisasi Rencana Aksi Nasional (RAN) untuk konservasi burung bermigrasi, penyusunan peta jalur terbang nasional, serta usulan jalur baru di wilayah Jambi dan Pantai Cemara.

Keberhasilan konservasi burung bermigrasi bukan hanya tentang menjaga spesies, tetapi juga memastikan keseimbangan ekosistem yang lebih luas. Dengan komitmen dan kerja sama lintas batas, sayap-sayap pengelana ini akan terus mengepak, membawa kisah perjalanan mereka yang tak lekang oleh waktu.

Sumber: Akhmad David Kurnia Putra, Polhut Ahli Pertama Seksi KSDA Wilayah I Kediri dan Fajar Dwi Nur Aji, PEH Ahli Muda Seksi KSDA Wilayah III Surabaya

Tags:

You Might also Like